Keutamaan Ilmu
Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. (Imam Al Ghazali)
Ukhuwah
Persaudaraan adalah mukjizat, wadah yang saling berikatan. Dengannya Allah persatukan hati-hati yang berserakan. Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami, saling mencintai, dan saling berlembut hati.(Sayyid Qutb)
Waktu
Setiap orang yang sedang disusul oleh kematian meminta lebih banyak waktu. Sementara semua orang yang masih memiliki waktu membuat alasan untuk menunda-nunda. (Ali bin Abi Thalib)
Rabu, 29 Februari 2012
Sejarah Palestina pra Islam
23.49
Alif Radio Dakwah Lampung
No comments
Sejarah Konflik antara Kebenaran
dan Kebohongan di Bumi Palestina
Pendahuluan :
Palestina telah ditakdirkan oleh Allah SAW untuk
menjadi tempat para Nabi dan Rasul yang membawa bendera monoteisme dan mengajak
masyarakatnya untuk patuh kepada ajaran tersebut.
Dalam sejarah kunonya, Palestina telah menyaksikan
berbagai model kepemimpinan dan kekuasaan oleh para Nabi dan penguasa lainnya.
Mereka harus menghadapi banyak peperangan sengit untuk menegakkan bendera
kebenaran di atas tanah yang berkah ini.
Sebelum menyelam lebih jauh
secara mendetil, kita wajib menandaskan fakta yang signifikan bahwa umat Islam
meyakini semua Nabi dan menganggap bahwa seluruh warisan mereka juga merupakan
milik umat ini. Sebagaimana mereka juga meyakini bahwa ajaran Islam adalah
ekstensi atau perpanjangan dari ajaran-ajaran para Nabi terdahulu sebelum
datangnya Islam. Ajaran para nabi secara keseluruhan adalah ajaran yang juga
diserukan oleh Muhammad SAW. Selanjutnya khazanah pengalaman yang dilalui oleh
seluruh nabi dalam dakwah untuk menegakkan kebenaran dan ibadah kepada Allah SWT
tidaklah terpisah atau berbeda dari dakwah dan pengalaman-pengalaman umat Islam.
Lihat ayat di bawah ini dari surat XVI :36 :
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan); “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Taghut) itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya). Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (An Nahl : 36)
Ini merupakan ajaran ke-Esaan yang diemban oleh
setiap rasul. Ketika masyarakat tertentu menolak rasul mereka, ini berarti
mereka telah menolak seluruh nabi. Renungkan apa yang Allah firmankan di dalam
Al Qur’an : (S.XXVI : 105)
Artinya :
“Kamu Nuh telah mendustakan
para rasul.” (Asy Syu’ara : 105).
Allah berfirman : (S.XXVI :
123)
Artinya :
Kaum Aad telah mendustakan para rasul.
(Asy Syuara : 123)
Firman Allah : (S.XXVI
:141)
Artinya : Kaum Samud telah
mendustakan rasul-rasul.
(Asy Syuara : 141)
Firman Allah : (S.XXVI : 160),
Artinya : “Kaum Luth telah mendustakan
rasul-rasul.” (Asy Syu’ara : 160)
Firman Allah : (S.XXVI : 176)
Artinya : “Penduduk Aikah telah mendustakan
rasul-rasul.”
Dalam menghadapi klaim-klaim Yahudi kontemporer
akan hak mereka di Palestina, banyak para sejarawan hanya terpaku sibuk dengan
ilmu-ilmu arkeologi dan menyebutkan berbagai bangsa yang mendiami wilayah ini,
memerintah, melewati dan berapa masa kekuasan masing-masing dari mereka di sana
yang pada akhirnya hanya sampai pada kesimpulan bahwa masa di mana Yahudi
berkuasa di sana sepanjang sejarah sangat singkat sekali dan terbatas pada
wilayah-wilayah tertentu saja dibandingkan dengan bangsa Arab dan muslim.
Namun aspek ini sangatlah substansial untuk
membantah klaim-klaim Yahudi dari aspek-aspek historis dan rasionalitas yang
logis. Namun banyak para penulis dan ahli sejarah yang kelihatannya telah
melakukan dua kesalahan besar di bawah ini :
1. Menisbahkan warisan para
nabi yang telah diutus oleh Allah SWT kepada Bani Yahudi atau memimpin mereka
sebagai suatau warisan yang khusus diberikan kepada mereka. Dan ini adalah hal
yang benar-benar diinginkan oleh mereka!!
2. Menjelekkan biografi
beberapa para nabi yang diutus kepada Bani Israel dengan menggunakan argumentasi
yang berdasarkan kepada kitab Taurat yang diselewengkan. Ketika mereka
menggunakan rasionalisasi ini, mereka bermaksud untuk menunjukkan “prilaku yang
memalukan” keturunan Israel dan
pemimpin mereka ketika menduduki Palestina. Ini dengan tujuan mendegradasikan
makna negara dan untuk menjelaskan kemerosotan tingkat peradabadan mereka. Para
pengikut mazhab ini menggunakan argumentasi yang berdasarkan pada Israiliyyaat
yang menuduh para nabi melakukan tipudaya, kebohongan, perzinaan dan pemerkosaan
hak-hak serta pembunuhan orang-orang yang tak berdosa dalam upaya untuk
membuktikan kekejaman, makar, kehinaan bangsa Yahudi dan untuk mendistorsi imej
kekuasaan dan pemerintahan mereka pada waktu itu.
Al Qur’an telah cukup melengkapi
kita dengan berbagai cara untuk mengidentifikasi tindak tanduk bangsa Yahudi dan
mengingatkan kita akan kerusakan (debauchery) dan immoralitas mereka.
Para nabi dan para pengikut
mereka yang lurus adalah persoalan lain. Nabi-nabi adalah manusia terbaik.
Mereka hendaknya untuk tidak didiskreditkan. Kita tidak boleh terpikat pada
cerita-cerita Bani Israel yang tidak saja mejelekkan para nabi bahkan mereka
juga menjelekkan Tuhan.
Sebagai contoh, Kitab Taurat dan Talmud yang telah
dirubah (diselewengkan) mengatakan bahwa Tuhan (Yang Maha Tinggi, Mulia dan
Agung) bermain dengan ikan paus dan ikan yang lain selama tiga jam tiap hari.
Mereka juga mengatakan bahwa Dia menangis oleh karena pembumihangusan al haikal
(rumah ibadah mereka seperti layaknya Sinagog) yang berakibat susutnya ukuran
fisik-Nya dari tujuh surga menjadi empat. Gempa bumi dan angin ribut terjadi
adalah sebagai akibat dari air mata Tuhan yang jatuh ke laut atas hancurnya al
haikal tersebut. Klaim-klaim mereka ini disebutkan oleh Al Qur’an sebagai
berikut : (5 :64)
Artinya : “Orang-orang Yahudi berkata :
“Tangan Allah terbelenggu”, (Al Maidah : 64)
Firman Allah :(S.III : 181)
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan orang-orang yang mengatakan : Sesungguhnya Allah miskin dan kami
kaya.” (Ali Imran : 181)
Sebagaimana Yahudi juga
menisbatkan (mengilustrasikan) nabi Yakub kepada pencurian boneka yang terbuat
dari emas dan ia juga yang berkelahi dengan Tuhan (!!) di dekat kota Nablus, maka dari itu ia dinamakan
Israel. Selain itu ia juga
dikatakan telah menawarkan suap kepada saudaranya, memperdayakan orang tuanya
dan hanya berdiam diri terhadap tuduhan perzinaan kepada dua anak perempuannya.
Ia telah berbuat syirik kepada Allah. Hal ini bisa dianalogikan dengan apa yang
akan mereka perbuat dan katakan tentang nabi-nabi lainnya.
Yahudi telah jauh melenceng dari ajaran Taurat atau
Perjanjian Lama. Mereka menapaki jalan Taurat yang sudah jauh keluar dari relnya
sebagaimana terlihat dalam perilaku keseharian mereka, kesenangan melanggar
kewajiban dan melakukan immoralitas dengan sikap terus bersikukuh akan apa yang
mereka nisbatkan kepada nabi-nabi mereka. Dan ini tidak lain hanyalah bentuk
kebohongan dan pemalsuan belaka. Para sejarawan, khususnya dari kalangan Islam,
dalam mengkaji sejarah Palestina hendaknya tidak tergesa-gesa menuduh para nabi
Allah dan rasul-Nya dengan apa yang difabrikasi (dibuat-buat) oleh Yahudi yang
ini semua mereka lakukan hanya untuk membuktikan hak bangsa-bangsa lain atas
bumi Palestina.
Kalau memang ikatan akidah dan iman adalah dasar
yang menyatukan umat Islam walau perbedaan bangsa dan warna, maka umat ini
merupakan orang yang paling berhak dengan warisan para nabi termasuk di dalamnya
para nabi Bani Israel. Karena umat ini yang masih tetap konsisten menjunjung
tinggi bendera monoteisme yang dibawa oleh para nabi. Mareka adalah orang yang
tetap menapaki jalan dan ajaran para nabi. Dan menurut pemahaman Al Qur’an para
nabi adalah orang-orang yang berserah diri (muslimun) dan bersatu.
Lihat firman Allah SWT :
Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan
bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan
orang-orang musyrik.” “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim
ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (muhammad), serta orang-orang
yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang
yang beriman.” (Ali Imran : 67-68)
Firman Allah :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama ismail (seraya berdo’a) :
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah : 127)
Firman Allah :
Artinya : “Dan tidak ada yang benci kepada agama
Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami
telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk
orang-orang yang saleh.” (Al Baqarah : 130)
Secara umum umat yang menganut
ketauhidan adalah umat yang satu, sejak dari nabi Adam A.S sampai masa Allah
akan mewarisi bumi dan orang-orang yang berada di atasnya. Para nabi, rasul Allah dan pengikut-pengikut
mereka adalah bagian dari umat tauhid. Dakwah Islam adalah perpanjangan dakwah
mereka. Dan umat Islam adalah orang-orang yang paling berhak dengan nabi-nabi,
rasul-rasul dan yang mewarisi mereka.
Khazanah tradisi para nabi merupakan khazanah kita,
eksperimen mereka juga merupakan eksperimen muslim. Sejarah mereka adalah
sejarah kita. Dan syariah yang diberikan Allah kepada para nabi dan pengikut
mereka dalam memerintah wilayah yang berkah dan suci ini merupakan indikasi atas
syariah, hak kita atas wilayah dan pemerintahannya.
Benar bahwa Allah telah memberikan tanah ini kepada
Bani Israel di saat mereka berjalan dan mengikuti jalan Allah, di saat mereka
menjadi representasi umat tauhid pada zaman yang lampau. Bukan kita malu untuk
mengatakan fakta ini, kalau tidak demikian berarti kita telah mengingkari
penjelasan Al Qur’an. Dari itu Musa berkata kepada kaumnya :
Artinya : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci
(Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke
belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang
merugi.” (Al Maidah : 21)
Kendati syariat ini terikat erat
dengan seberapa jauh komitmen mereka kepada tauhid dan manhaj Allah. Maka ketika
mereka ingkar kepada-Nya, berbuat dosa kepada rasul, membunuh para nabi,
merusak seluruh janji-janji dan piagam-piagam mereka. Mereka menolak untuk
mengikuti risalah Islam yang telah dikabarkan oleh para nabi kaum
ini.
Sebagaimana tercantum di dalam Al Qur’an :
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut
Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka,” (Al A’raf : 157)
Artinya : “…dan memberi kabar gembiri dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).” (Al Saff : 6)
Maka ketika mereka lakukan hal itu, mereka terkena
laknat dan murka Allah SWT.
Artinya : “(Tetapi) karena mereka melanggar
janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.”
(Al Maidah : 113)
Allah berfirman :
Artinya : “Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, apakah
kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa
yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang
kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (Al Maidah :
59)
Maka dari itu legitimasi atas pemerintahan tanah
suci ini harus diberikan kepada umat yang tetap berjalan di atas jalan para nabi
dan menjunjung tinggi bendera ajaran mereka yaitu umat Islam. Persoalan yang ada
di dalam pemahaman kita bukan berhubungan dengan bangsa, keturunan dan kaum,
namun lebih kepada loyalitas untuk mengikuti jalan dan manhaj ini.
Untuk melanjutkan diskusi sekitar klaim-klaim
Yahudi akan hak mereka atas Palestina sesuai dengan nash-nash Taurat,
kita coba melihat apa yang mereka sebutkan di dalam Taurat yang telah
diselewengkan dengan keyakinan bahwa tanah tersebut telah diberikan kepada
Ibrahim A.S. dan keturunannya.
Di antaranya sebagai berikut :
Artinya :
“Dan Tuhan berkata kepada
Ibrahim : Pergilah dari tanahmu (wilayahmu), keluargamu, rumah orang tuamu ke
tanah yang telah saya perlihatkan….maka pergilah ia sebagaimana telah Tuhan
katakan…Maka mereka datang ke tanah Kan’aan…dan Tuhan dapat dilihat oleh Ibrahim
dan berkata : Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini”.
Dan di dalam Taurat berbunyi :
Artinya :
“(Ibrahim) mendiami tanah
Kan’aan maka Tuhan berkata kepadanya : “Angkatlah kedua matamu dan lihatlah dari
tempat engkau berdiri ke arah Utara, Selatan, Timur dan Barat, karena seluruh
tanah yang engkau saksikan itu telah aku berikan kepadamu dan untuk keturunanmu
selama-lamanya”.
Ada lagi
yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya :
Tuhan dan Ibrahim menyepakati
piagam yang berbunyi : Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini yang membentang
dari sungai Mesir hingga sungai Besar, sungai Eufrat”.
Untuk menjawab hal di atas –di luar pemahaman kita
tentang persoalan ini dari dasarnya yang syar’i—kita katakan :
1- Kalau memang di sana ada perjanjian yang memberikan Ibrahim
A.S dan keturunannya, maka keturunan beliau bukan hanya Bani Israel sendiri.
Bangsa Arab al musta’ribah adalah keturunannya juga (anak-anak Ismail
A.S) dan di antara mereka adalah Nabi Muhammad SAW.
2- Kalau memang persoalannya
berkaitan erat dengan keturunan dan proses beranak pianak (tanaasul) maka
indikasi-indikasi yang ada mensinyalir bahwa mayoritas bangsa Yahudi yang ada
pada zaman kita dewasa ini bukanlah dari keturunan Ibrahim A.S. Hal itu
dikarenakan kebanyakan Yahudi kontemporer adalah Yahudi yang berasal dari Al
Khazar (daerah laut Kaspia) yang masuk ke dalam agama ini pada abad kesembilan
dan sepuluh Masehi!!
3- Sesungguhnya Al Qur’an al
Karim menjelaskan persoalan kepemimpinan nabi Iabrahim dan keturunannya dalam
forma yang tidak membingungkan. Renungkanlah firman Allah SWT di bawah ini
:
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji
Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku
Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (Al
Baqarah : 124)
Maka ketika nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar
supaya kepemimpinan (al imaamah) juga dapat dipegang oleh keturunannya,
lalu Allah menjelaskan kepadanya bahwa janji al imaamah kepada
keturunannya tidak dapat diberikan kepada orang-orang yang dhalim. Artinya
kedhaliman, kekafiran, upaya menghalangi menuju jalan Allah dan melakukan
kerusakan di muka bumi adalah persoalan yang paling terbesar yang dilakukan oleh
Bani Israel?!!
Adapun sesuatu yang berhubungan
dengan klaim-klaim historis Yahudi, kita telah cukup banyak para ahli sejarah
yang dapat menjawab dan mengkonter alegasi tersebut. Maka masa kekuasaan Islam
di bumi Palestina merupakan masa yang paling terpanjang dalam sejarah. Dan
bangsa-bangsa yang mendiaminya wilayah tersebut jauh sebelum kedatangan Yahudi
tetap masih eksis di sana hingga
sekarang. Imigrasi-imigrasi (hijrah-hijrah) bangsa Arab pra atau paska
kemenangan Islam (al fath al Islami) adalah komponen-komponen yang membentuk
bangsa Palestina dewasa ini dengan agama Islam, bahasa dan karakteristik Arab
mereka.
Palestina Pada Zaman Kuno
:
Manusia mendiami bumi Palestina
sejak periode klasik dahulu kala. Di sana terdapat banyak peninggalan-peninggalan arkeologis yang
dikategorikan kepada zaman Batu Klasik (Ancient Stone Age) (500 ribu –14 ribu
S.M) dan zaman Batu Pertengahan (the middle Stone Age) (14 ribu – 8 ribu S.M).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada zaman itu di Palestina telah terdapat
peradaban An Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada gua-gua Al Natoof di sebelah
utara Al Quds (Jerussalem sekarang). Bangsa An Natoof belum diketahui hingga
sekarang. Peradaban mereka terkonsentrasi di wilayah pesisir, mereka hidup di
dalam gua-gua seperti yang terdapat di gunung Al Karmel.
Pada zaman Batu Modern (8000 –
4500 S.M) kehidupan manusia di Palestina berubah menjadi lebih stabil, dari
hanya mengumpulkan makanan berubah menjadi memproduksinya. Dan Jericho (Ariihaa)
jelas memperlihatkan bukti-bukti pertama yang mengindikasikan akan adanya
kehidupan yang stabil. Kota ini
dianggap—hingga kini—sebagai kota yang paling tertua di dunia yang dibangun kira-kira pada tahun 8000
S.M.
Zaman Batu Perunggu (Brass Stone
Age) membentang dari (4500 – 3300 S.M), telah ditemukan beberapa tempat
peninggalan yang berperadaban yang kembali kepada zaman tersebut di wilayah Beer
Sheba antara pegunungan
Hebron (al kholil) dan Laut Mati
serta pesisir Al Khudiera.
Permulaan Seribu Ketiga sebelum Maeshi, zaman ini
punya kelebihan yang lain dengan muncul kekaisaran-kekaisaran kuno di timur,
bersamaan dengan ini adanya keberhasilan prestasi tulis menulis dan dimulainya
penulisan sejarah. Dan dari sini dimulainya zaman-zaman bersejarah di
Palestina.
Periode yang membentang dari
(3200 – 2000 S.M) dinamakan dengan Zaman Perunggu Kuno. Periode ini ditandai
dengan munculnya banyak kota
Berbenteng dan defensif yang dibangun di wilayah bukit yang tinggi. Mayoritasnya
terletak di tengah dan Utara Palestina. Di antara tempat-tempat itu yang
terpenting adalah Bashan, Mejideo, Al Afoula, Ras Al nakoura dan Tal Al Farei’a
di sebelah utara Nablus. Dan pada tahun Seribu ketiga sebelum masehi penduduk
Palestina terus bertambah dan perkotaannya juga berkembang sehingga ia memiliki
kekuatan politis dan ekonomis yang mungkin dapat disebut dengan zaman
“negara-kecil kota” (small-state
of towns).
Pada tahun seribu ketiga sebelum
Masehi, bangsa Ammonit, Kan’aan, Yabous dan Phoenisi (kedua terakhir ini
dianggap sebagai sub-bangsa Kan’aan) berimigrasi ke tanah Palestina. Imigrasi
mereka ini diperkirakan terjadi kira-kira pada tahun 2500 S.M. di mana bangsa
Kan’aan menduduki wilayah pesisir, bangsa Ammonites terkonsentrasi di daerah
dataran tinggi dan pegunungan, bangsa Yabousi mendiami wilayah Jerussalam (Al
Quds) dan sekitarnya dan mereka yang membangun kota Al Quds. Mereka menamakan
kota itu dengan “Yabous”
kemudian “Ursaalem”. Adapun bangsa Phoenis, mereka mendiami daerah pesisir utara
Palestina tepatnya di daerah Lebanon sekarang ini.
Para ahli
sejarah yang dapat dipercaya memandang bahwa Ammonit, Kan’aan, Yabousi dan
Phoenisi keluar mengembara dari jazirah Arab. Dan penduduk Palestina yang
berwarna hitam sekarang ini—secara khusus orang-orang pedesaan—diperkirakan
merupakan keturunan kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa kuno tersebut atau dari
bangsa Arab dam umat Islam yang menduduki wilayah ini paska kemenangan
Islam.
Imigrasi bangsa Kan’aan pada
waktu itu sangatlah besar jumlahnya hampir dapat dikatakan bahwa mereka akhirnya
menjadi masyarakat asli di sana.
Nama “tanah Kan’aan” (the land
of Canaan) merupakan nama tertua
yang bagi wilayah yang disebut Palestina dewasa ini. Mereka yang membangun
sebagian besar kota-kota di Palestina, dan jumlahnya—sesuai dengan batas-batas
wilayah Palestina dewasa ini—tidak kurang dari dua ratus kota pada tahun seribu kedua sebelum Masehi
dan sebelum ratusan tahun kedatangan orang-orang Ibrani Yahudi. Di antara
kota-kota tua selain Jericho dan Al Quds, kota Shechem (Balatah, Nablus) Bashan,
Ashkelon, Akka, haifa, Hebron, Ashdod, A’aqur, Beer Sheba dan
Bethlehem.
Kemudian datang periode Perunggu
Pertengahan (1550 – 1200 S.M) pertengahan pertama dari tahun seribu kedua
sebelum Masehi periode ini menyaksikan pemerintahan Hyksos, yang memerintah
Palestina lebih kurang delapan belasan hingga enam belasan abad sebelum Masehi
(18-16 S.M). Kelihatannya pada periode itu (kira-kira 1900 S.M) nabi Ibrahim A.S
datang bersama dengan adiknya Luth A.S ke daerah Palestina. Di sana nabi Ismail, Ishak dan Yakub A.S
dilahirkan.
Zaman Perunggu Terakhir
(1550-1200 S.M) dimulai dengan keruntuhan kekuasaan Hyksos dan Palestina tunduk
di bawah kekuasaan Mesir secara mutlak. Adapun zaman Besi (1200-330 S.M) dara
permulaan (kira-kira 1200 S.M) kelihatannya Palestina menerima eksodus berbagai
kelompok yang besar dari berbagai wilayah yang paling menonjol adalah
imigrasinya “bangsa-bangsa pelaut”. Kelihatannya mereka datang dari wilayah Asia
Barat dan dari pulau-pulau di laut Aegean (Crete dan lainnya).
Pada mulanya bangsa-bangsa ini menyerang wilayah pesisir Syam dan Mesir, tapi
Ramses III, Firaun Mesir dapat mengusir mereka dari wilayah ini di dalam
pertempuran Blouziun (dekat pelabuhan Bur Said). Mereka diizinkan untuk mendiami
bagian selatan wilayah Palestina. Dari inskripsi arkeolog dapat menemukan
ukiran-ukiran dengan huruf-huruf “PLST”, dan menurut tulisan ini bahwa mereka
adalah orang-orang yang disebut dengan “Palestian”. Kemudian ditambahkan huruf
“N” kepada nama mereka (mungkin dianggap sebagai bentuk jamaknya) dan mereka
disebut dengan Palestin. Bangsa Palestin ini telah membangun lima kerajaan yatiu kota-kota Ghaza,
Ashdod, Jet, Aqroun dan
Ashkelon. Kota-kota ini mungkin
milik bangsa Kan’aan kuno namun mereeka telah meluaskan dan mengaturnya kemudian
mendirikan dua kota baru yaitu
Lod dan Saklash. Mereka dapat menguasai daerah pesisir yang tersisa hingga
gunung Al Karmel. Sebagaimana mereka juga menguasai Marj bin Amir. Bangsa
Palestin berbaur dengan bangsa Kan’aan secara cepat dan menggunakan bahasa
mereka dan menyembah Tuhan-Tuhan mereka (Dajoun, B’al dan Ashtar). Kendati
bangsa Palestin telah berasimilasi dengan penduduk setempat namun mereka telah
memberikan wilayah ini dengan nama mereka sehingga terabadi namanya menjadi
Palestina.
Dari bukti-bukti komparatif
historis kelihatannya bahwa Musa A.S memimpin Bani Israel ke arah tanah yang
suci ini pada pertengahan terakhir dari abad ke 13 S.M atau masa akhir zaman
Perunggu Terakhir di mana permulaan zaman Besi merupakan zaman masuknya bangsa
Yahudi ke Palestina. Kemudian berdirinya kerajaan nabi Daud dan Sulaiman A.S
pada tahun 1004-923 S.M yang terbagi menjadi keeerajaan Israel (tahun 923-722 S.M) dan kerajaan
Yahuda (pada tahun 923-586 S.M) yang masing-masing menguasai sebagian kecil dari
wilayah tanah Palestina. Dan sejak tahun 730 S.M, Palestina secara umum tunduk
di bawah kekuasaan Assyrian yang datang dari wilayah Iraq hingga tahun 645 S.M
kemudian kekuasaan ini diwarisi oleh orang Babilonia samapi tahun 539 S.M.
Bangsa Assyria dan Babilonia bergantian kekuasaan atas wilayah Palestina dengan
Mesir. Kemudian sesungguhnya Parsi menyerang palestina dan memerintah di sana
dari tahun 539-332 S.M. Palestina kemudian memasuki zaman Helenisia Yunani yang
dikuasai oleh Ptolemaik hinggal tahun 198 S.M dan diikuti oleh Seleusias hingga
tahun 64 S.M, periode di mana Romawi datang dan mendominasi wilayah Palestina.
Setelah pecahnya kekaisaran Romawi, Palestina tetap berada di bawah naungan
kekuasaan kekaisaran Romawi Timur “Kekaisaran Romawi” di mana Konstantinopel
menjadi ibukotanya hingga datangnya Al Fath al Islami (kemenangan Islam).
Setelah itu Islam yang memberinya nuasa Arab dan yang Islami pada tahun 636
Masehi.
Seruan Kebenaran dan
Perjalanan Para Nabi di Bumi Suci :
Nabi Ibrahim A.S merupakan nabi
pertama yang kita ketahui bahwa mereka yang hidup di Palestina dan meninggal di
sana. Ibrahim A.S adalah bapak
para nabi dan di antara keturunannya yang menjadi nabi seperti Ishak, Yakkub,
Yusuf, Ismail dan Muhammad (bagi mereka sebaik-baik selawat dan
salam).
Nabi Ibrahim A.S –menurut apa
yang terdapat pada studi arkeologi—dilahirkan di “Uur” di wilayah Iraq. Hidup di sana untuk waktu yang lama di mana ia
menghancurkan patung-patung dan mengajak kaumnya kepada tauhid. Ia menghadapi
Raja Namrud dengan bukti-bukti. Mereka berupaya untuk membakarnya sebagai
siksaan baginya atau apa yang dikerjakan Ibrahim yang menghancurkan patung. Maka
api yang dipergunakan untuk membakarnya dijadikan Allah dingin dan cara buat
keselamatannya. Nabi Ibrahim berhijrah di jalan Allah bersama dengan
kemenakannya Luth dan berkata :
Artinya : “Dan Ibrahim berkata : “Sesungguhnya
aku pergia menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.” (Al Saffat : 99)
Kelihatannya bahwa Ibrahim pada
awalnya berhijrah dan orang yang bersamanya ke wilayah Hurran (Al Raha) daerah
yang berlokasi di wilayah selatan Turki dan utara Syria dewasa ini. Dari sana ia berhijrah ke tanah Kan’aan
“Palestina”, Allah berfirman :
Artinya : “Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth
ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalain manusia.” (Al
Anbiyaa : 71)
Menurut estimasi para ahli
sejarah bahwa sesungguhnya kedatangannya di Palestina kira-kira pada tahun 1900
S.M. Sejarah ini menurut sejarah kuno Irak merupakan zaman “Uur ketiga” di mana
Iraq diperintah oleh Samaritan. Ini juga merupakan permulaan zaman Babilonia
kuno di mana unsur-unsur Semit yang datang dari jazirah Arab “Ammonites”
mendominasi di sana.
Nabi Ibrahim A.S mendiami Shecehm
dekat Nablus. Dari sana ia berpindah ke arah Ramallah dan Qud
melewat Al Khalil kemudian dengan Beer Sheba di mana ia tinggal di sekitar sana untuk beberapa waktu. Kemudian pergi ke
Mesir yang mungkin bertepatan dengan zaman keluarga ke sebelas atau dua belas
dari Firaun Mesir. Ia kembali dari Mesir ditemani oleh Hajar yang merupakan
hadiah dari pemimpin di sana
untuknya. Disebutkan di dalam riwayat bahwa ia merupakan anak Firaun atau salah
satu princess di sana.
Kemudian ia kembali ke Palestina dan melalui bagian sebelah Ghaza di mana ia
bertemu dengan Abu Malek, pangeran Ghaza. Ia berjalan-jalan antara Beer
Sheba dan Hebron, lalu naik ke Al Quds. Adapun Luth A.S
berpindah ke Selatan Laut Mati di mana ia diutus menjadi Rasul untuk penduduk
wilayah tersebut. Sementara Ibrahim tetap tinggal di daerah pegunungan Al Quds
dan Hebron. Nabi Ibrahim
(alaihissalam) mendapatkan anak yang lahir dari isterinya Hajar. Kemudian
setelah tiga belas tahun ia diberi anak lagi yang bernama Ishak dari isterinya
Sarah. Kelihatannya Ibrahim diberi anak-anak ketika di dalam usia yang sangat
lanjut. Hal itu dapat kita ketahui dari firman Allah dari lisan Sarah
:
Artinya : “Isterinya berkata : “Seungguhn
mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang
perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?.” (Hud
: 72)
Kelihatannnya nabi Ibrahim A.S
datang dan pergi ke Hijaz lebih dari sekali. Maka ia mendatangkan Ismail dan
ibunya Hajar ke kota Mekkah dan
kisah upaya (sa’i) Hajar antara bukit Shofa dan Marwah dan memancarnya air
zam-zam yang terkenal itu. Sesungguhnya Ibrahim kembali dan dengan ditemani oleh
Ismail ia membangun Ka’bah sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo’a) : “
Ya tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah : 127)
Namun pusat kediaman Ibrahim
tetap di Palestina dan di sana
beliau meninggal dunia dan dimakamkan di gua Al Makfeelah di dekat kota Hebron, kota yang dinamakan dengan namanya.
Disebutkan bahwa beliau meninggal dalam usia 175 tahun.
Nabi Ibrahim A.S pernah mengalami pemerintah
penguasa Jerussalam “Malaki Shadeq” yang kelihatannya merupakan pengikut ajaran
tauhid dan sahabatnya. Pada waktu itu orang-orang yang beriman kepada Allah
sangatlah sedikit dan jarang sekali. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa nabi
Ibrahim berkata kepada isterinya Sarah ketika mendatangi salah satu orang yang
terkuat ketika itu : “Tidak ada orang yang beriman di muka bumi ini kecuali aku
dan kamu”. Ini jelas terjadi ketika mereka berangkan ke Mesir yang dapat
disimpulkan dari ayat di bawah ini :
Artinya : “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif.” (An
Nahl : 120)
Yang penting sesungguhnya bapak
para nabi Ibrahim al Khalil adalah seorang rasul yang tergolong dalam
kelompok ulul ‘azmi (yang memiliki kemauan tinggi). Ia punya peranan
dakwah dalam menyebarkan risalah ketauhidan di Palestina di mana ia mendirikan
masjid-masjid dan membangun mihrab-mihrab untuk menyembah Allah di
seetiap tempat ia pergi. Yang jelas bahwa ia tidak punya masalah atau halangan
dari penduduk Palestina dan ia juga tidak dipaksa untuk meninggalkan wilayah
tersebut karena agama dan dakwahnya. Namun ia tetap tinggal di sana berpindah dengan bebas sehingga Allah
memanggilnya.
Adapun nabi Luth A.S, ia tinggal di selatan laut
mati di mana beliau diutus kepada desa “sodom” dan mereka yang melakukan
kekejian dengan jenis laki “sodomi”. Ia telah berupaya keras untuk melarang,
namun mereka menentang dan sombong. Maka akhirnya Allah balas mereka dengan
membalikkan desa mereka dan menghujamkannya ke bawah dan mereka dihujani dengan
batu dari tanah liat dari neraka yang sangat panas :
Artinya : “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth
(kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya : “Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun
(di dunia ini) sebelumnya? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan : “Usirlah mereka (luth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan
pengikut-pengikutinya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (An A’raf :
80-84)
Firman Allah :
Artinya : “Maka tatkala datang azab Kami, Kami
jadikan negeri kamu Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami
hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang
diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang
zalim.” (Hud : 82-83)
Al Quran menegaskan bahwa Ibrahim
A.S mengalami kehidupan Luth dan kehancuran kaumnya. Para malaikat datang kepadanya dan memberinya
berita gembira dengan Ishak dan menginformasikan kepadanya bahwa mereka dikirim
untuk menghancurkan kaum Luth. Lalu ia berkata :
Artinya : “Berkata Ibrahim :
“Sesungguhnya di kota itu ada Luth.” Para malaikat berkata : “Kami lebih
mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan
menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dai adalah
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
(Al Ankabut : 32)
Dan beginilah Allah memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya, Luth dan mensucikan tanahnya yang berkah
:
Artinya : “Kota yang mengerjakan perbuatan
keji.” (Al Anbiyaa : 74)
Dan nabi Ibrahim A.S mendapat
berita gembira dengan Ishak agar orang setelahnya dapat membawa bendera tauhid
dan menyebarkannya di atas tanah ini dan supaya penyebaran cahaya Ilahi terus
berlanjut di sana.
Ishak hidup di bumi Palestina dan
mendapat anak yang diberi nama Yakub A.S “Israel” yang menurut anggapan Yahudi
merupakan bapak mereka. Ishak dan Yakub merupakan menara-menara menuju hidaya
setelah nabi Ibrahim A.S. Lihat penjelasan Al Qur’an dalam keterangan singkat
dan peringatannya :
Artinya : “Dan Kami telah memberikan kepadanya
(Ibrahim) Ishak dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan
masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan
mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu
menyembah.” (Al Anbiyaa : 72-73)
Nabi Yakub dilahirkan pada abad
ke 18 S.M (kira-kira 1750 S.M) di palestina namun ia berimigrasi yang
kelihatannya ke wilayah Hurran “Ar Rahaa”. Ia kawin di sana dan mendapat 11 anak yang di antaranya
adalah Yusuf, tapi anaknya yang ke 12, Benyamin dilahirkan di tanah Kanaan
“Palestina”. Nabi Yakub dan anak-anaknya kembali ke Palestina dan bermukin di
Saar” dekat Hebron (Al Kholil). Kisahnya dan kisah
anaknya Yusuf yang terkenal terdapat di dalam Al Qur’an secara terperinci. Kisah
yang menceritakan konspirasi saudara-saudara Yusuf atas dirinya dan
menjatuhkannya ke dalam sumur. Lalu ia ditemukan oleh kafilah dan menjualnya di
Mesir. Di sana ia tumbuh menjadi
dewasa dan berdo’a kepada Allah. Ia tegar menghadapi fitnah wanita dan bersabar
di dalam penjara sehingga Allah memuliakannya untuk diletakkan di dalam golongan
orang-orang petinggi Mesir setelah keberhasilannya mentakwil (interpretasikan)
mimpi dan ketidakberdosaannya. Kemudian sesungguhnya Yusuf mengundang bapak dan
saudara-saudaranya untuk datang ke Mesir di mana Allah kembalikan penglihatan
Yakub setelah menderita kebutaan pada kedua matanya karena berpisah dengan
Yusuf. Sebagaimana ia juga memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Sebagian
riwayat mengatakan bahwa Yakub hidup di Mesir selamat 17 tahun namun ia dikubur
dekat kakek Ibrahim dan bapaknya Ishak di Hebron.
Nampaknya periode kehidupan Yakub
dan anak-anaknya di Mesir adalah zaman berkuasanya Hoksys di sana (1774 S.M-1567 S.M); kekuasaan mereka
merupakan dua keluarga dari 15 dan 16 keluarga yang berkuasa di Mesir dan mereka
bukanlah orang pribumi. Kendati demikian kelihatannya bahwa Yusuf dan
saudara-saudaranya , anak-anak Yakub (Israel) menikmati kebebasan bekerja dan ibadah di Mesir dan mereka berperan
dalam dakwah kepada tauhid. Namun hal ini tidak dapat berlanjut dan berubah pada
generasi berikutnya. Bani Israel
terperangkap dalam siksaan Firaun hingga akhirnya Allah SWT mengutus Musa A.S
kepadanya untuk menyelamatkan kaum ini ke tanah Palestina.
Bani Israel setelah Musa A.S
:
Bani Israel pada waktu itu adalah pengikut
kebenaran dan pembawa bendera tauhid dan Firaun Mesir merupakan orang yang
sombong dan congkak yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Ia melakukan kerusakan
dan menyinksa Bani Israel dengan menyembelih anak-anak mereka dan tetap
membiarkan anak-anak wanita :
Artinya : “Sesungguhnya Fai’aun telah berbuat
sewenang-wenagn di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan
menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qasas : 4)
Nabi Musa dilahirkan dalam iklim seperti ini dan
dididik dalam rumah Firaun dengan planning Allah (tadbiir rabbani)
yang sangat sempurna. Dan kisah Musa, perkembangan masa kecilnya, dakwah beliau
kepada Firaun dan keluarnya ia bersama Bani Israel serta kehancuran Fir’an
merupakan kisah yang sudah sangat dikenal orang.
Sudah merupakan takdir Allah SWT untuk memberikan
tanah Palestina di waktu itu kepada kelompok yang beriman kepada-Nya :
Artinya : “Dan Kami hendak memberi karunia
kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan
mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun
dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawartikan dari mereka
itu.” (Al Qasas : 5-6)
Nabi Musa telah diutus kepada Fir’aun dengan
perintah ini dengan dibantu oleh saudaranya Harun yang juga diutus sebagai
seorang rasul :
Artinya : “Dan Musa berkata : “Hai Fir’aun,
sesungghnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku
tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku
datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, meka lepaskanlah
Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Al A’raf : 104-105)
Namun Firaun enggan dan bersikap
sombong serta tidak mempercayai ayat-ayat dan mukjizat yang dibawa Musa.
Para tukang sihir yang
dikumpulkan oleh Firaun percaya kepada dakwah yang dibawa oleh Musa dan ingkar
kepada Firaun. Namun kelihatannya mereka yang telah memperlihatkan keimanan
mereka dan bergabung dengan Bani Israel terbatas dari pemuda-pemuda dari Bani
Israel. Iman mereka bercampur dengan rasa takut yang mendalam kepada Firaun dan
menghantui mereka yang mungkin akan menyiksa.
Artinya : “Maka tidak ada yang beriman kepada
Musa, malinkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa
Fir’aun dan pemuka-pemuka akumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu
berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang melampaui batas.” (Yunus : 83)
Kemudian Musa A.S memimpin orang-orang yang beriman
di antara kaumnya menuju arah timur, maka mereka dikejar oleh Firaun dan bala
tentaranya. Dan terjadilah kisah pembelahan laut dan akhirnya Allah selamatkan
Bani Israel dan Firaun serta tentaranya dibinasakan di tengah laut.
Artinya : “Lalu Kami wahyukan kepada Musa :
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan adalah sepertia gunung yang besar. Dan di sanalah kami
dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.” (Asy
Syu’ara : 63-66)
Di sini kita berusaha untuk
mencermati beberapa pendapat dan riwayat-riwayat yang bersifat sejarah yang
muncul. Bahwa jumlah mereka yang keluar bersama Musa dari Mesir itu berkisar
antara 6 ribu saja atau 15 ribu pada sebagai riwayat lainnya. Dari perspektif
sejarah, peristiwa ini kelihatannya terjadi pada abad ketiga belas sebelum
Masehi. Secara definitif bahwa hengkangnya bani Israel dari Mesir diperkirakan pada sepertiga
terakhir dari abad itu. Periode di mana waktu itu Mesir dibawah kekuasaan
“Ramses Dua” yang dikenal pada abad ini dengan sebut “Ramses Kedua”. Dengan
kekuatan Allah SWT, jasad Firaun ini dapat disaksikan di salah satu museum
Mesir. Dan ini yang mengingatkan kita akan firman Allah SWT :
Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagti orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.” (Yunus : 92)
Dan setelah Allah
menyelamatkan Bani Israel, maka datanglah masa di mana Musa dan Harun harus
menderita hidup bersama dengan mereka. Muncullah karakteristik-karakteristik
mereka yang kurang baik yang timbul dari lemahnya iman, bodoh dan rasa takut.
Setelah mampu menyeberangi laut, mereka langsung mendatangi masyarakat yang
secara keseluruhan menyembah patung, mereka berkata :
Artinya : “Bani Israil berkata : “Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
tuhan (berhala).” (Al A’raf : 138)
Kemudian ketika Musa pergi ke suatu tempat untuk
bertemu Allah, kaumnya berubah menyembah anak sapi (al ‘ijl) kendati Harun tetap
berada di sisi mereka.!!!
Artinya : “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa
ke gunung Tur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang
bertubuh bersuara.” (Al A’raf : 148)
Artinya : “Maka mereka berkata : “Inilah Tuahmu dan
Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (Thaha : 88)
Mereka hampir saja membunuh Harun ketika melarang
kekafiran mereka ini dan ini yang dikatakannya kepada saudaranya Musa :
Artinya : “…sesungguhnya kaum ini telah
menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku,” (Al A’raf :
150)
Dan banyak lagi sikap-sikap lain.
Kemudian Musa memimpin Bani Israel ke arah tanah
suci dan berkata kepada mereka :
Artinya : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci
(Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke
belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang
merugi.” (Al Maidah : 21)
Namun mereka tetap saja bersikeras untuk memilih
kemurtadan dan berpaling!!!
Artinya : “Mereka berkata : “Hai Musa,
sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya
kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika
mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (Al Maidah :
22)
Nasehat sudah tidak bermanfaat, mereka tetap saja
ingkar :
Artinya : “Mereka berkata : Hai Musa, kami
sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka da di dalamnya,
karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah : 24)
Sayed Qutub (Allah yarhamuhu) mengomentari sikap Bani israel ini dan berkata :
"إن جبلة يهود
لتبدو هنا على حققيقتها، مكشوفة بلا حجاب ولو رقيق من التجمل...إن الخطر ماثل قريب؛
ومن ثم لا يعصمهم منه حتى وعد الله لهم بأنهم أصحاب الأرض، وأن الله قد كتبها لهم،
فهم يريدونه نصرا رخيصا، لا ثمن له، ولا جهد فيهن نصرا مريحا يتنزل عليهم تنزل المن
والسلوى!"....."وهكذا يخرج الجبناء فيتوقحون، ويفزعون من الخطر أمامهم...هكذا في
وقاحة العاجز لا تكلفهم وقاحة اللسان إلا مد اللسان..."
Artinya :
“Sesungguhnya tabiat ril orang Yahudi benar-benar termanifestasi
di sini tanpa indikasi bahkan sedikit upaya untuk menyembunyikannya. Mereka
merasakan bahwa bahaya memang dekat dan sekali mereka berkonfrontasi, maka tidak
ada yang akan memproteksi mereka. Bahkan janji Allah kepada mereka bahwa mereka
akan menjadi pemilik tanah dan Allah telah suratkan mereka untuk itu. Mereka
inginkan itu tanpa biaya, tanpa usaha dan kemenangan yang mudah diberikan kepada
mereka seperti Manna (hadiah yang mewah) dan salwaa (sejenis burung)…Dan
begitulah para orang-orang penakut yang sudah tidak punya rasa malu, dan mereka
takut dari marabahaya yang ada di depan mereka. Dan inilah kondisi
ketidakberdayaan orang yang lemah yang tidak dibebani oleh insolensi lidah
kecuali dengan kesombongan….”
Mereka berkata dalam firman Allah : “…dan
berperanglah kamu berdua,” (Al Maidah : 24)
Allah tidak akan diakui menjadi Tuhan mereka kalau
memang ketuhanannya akan menyuruh mereka untuk berperang!…
Dan menyudahi perkataan mereka dengan :
“Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah :
24)
Mereka tidak menghendaki kedaulatan, kebanggaan
atau tanah yang dijanjikan karena hal tersebut menuntut mereka untuk harus
memerangi orang-orang yang terlalu perkasa! Dan itulah perjalanan terakhir Musa
A.S, akhir dan batas upaya keras yang luar biasa untuk mengarungi perjalanan
yang jauh dan humiliasi yang berlanjut, malapetaka dan penyelewengan yang
dilakukan oleh Bani Israel.”
Musa sangat menderita, ini yang mendorongnya untuk
kembali kepada Tuhannya :
Artinya : “Berkata Musa : “Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara
kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (Al Maidah : 25)
Dan Allah kabulkan permintaan nabi-Nya :
Artinya : “Allah berfirman :
“(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama
empat puluh tahun. (Selama itu) mereka akan berputar-putara kebingungan di bumi
(padang Tih) itu.
Maka janglah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik
itu.” (Al Maidah : 26)
Kemudian Allah mendekritkan bahwa
mereka harus ditinggalkan untuk berkelana dalam kebingungan di tengah keganasan
setelah mereka hampir berada di depan pintu-pintu tanah suci. Dan kelihatannya
Allah telah mengharamkan generasi Bani Israel ini tidak diperbolehkan untuk
melihat tanah sudi ini hingga generasi berikutnya dengan kekuatan yang tumbuh
pada mereka dari kerasnya kehidupan padang pasir. Maka generasi ini “telah dirusak oleh kehinaan, perbudakan
dan persekusi saat hidup di Mesir yang tidak cocok untuk sebuah kehidupan yang
mulia ini.”
Musa A.S meninggal dunia sebelum dapat memasuki
tanah yang suci dan di dalam hadist Rasulullah SAW yang muttafaq ‘alaihi
yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah bahwa Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya
nabi Musa ketika hendak menghembuskan nafas terakhirnya berkata :
"رب أدنني من الأرض المقدسة رمية
بحجر"
“Ya Allah
dekatkanlah aku kepada tanah suci hingga berjarak lemparan
batu”.
Dan Rasulullah bersabda :
"والله لو أني عنده لأريتكم مكان قبره
إلى جنب الطريق عند كثيب الأحمر"
“Demi Allah!
Kalau saja saya dekatnya saya akan memperlihatkan kepadamu tempat makamnya di
samping jalan dekat bukit yang berwarna merah”.
Bani Israel memasuki Tanah Palestina
:
Setelah generasi baru tumbuh dan
bertahun-tahun perkelanaan dalam keganasan gurun pasir berakhir, bani
Israel dipimpin oleh nabi mereka
yaitu Joshua bin Noon, A.S.
Yahudi memanggil mereka dengan Yashou”. Dia menggantikan Musa untuk memimpin
mereka yang menyeberangi sungai Jordan bersama-sama pada tahun 1190 S.M. Lalu mereka dapat menaklukkan
musuh-musuh mereka dan menduduki kota Jericho. Kemudian ia
mengomando mereka untuk menginvasi A’ai, dekat Ramallah dan berusaha untuk
menaklukkan Jerussalam namun usaha ini gagal karena jumlah Yahudi yang terlalu
sedikit. Sehinggal hal ini tidak memungkinkan mereka untuk menyebar, menduduki
dan mengontrol seluruh wilayah. Sesuatu yang kita ketahui tentang Joshua datang
dari hadits Rasulullah SAW (selawat dan salam kepada beliau) yang mengatakan
bahwa di saat Joshua berhadapan dengan musuhnya di medan pertempuran, peristiwa itu berlangsung
hingga terbenamnya matahari. Ia berdoa kepada Allah agar supaya matahari tidak
terbenam terlebih dahulu hingga peperangan itu usai dengan kemenangannya. Maka
Allah kabulkan doanya dengan menunda matahari terbenam hingga Joshua memenangkan
peperangan.
Kepemimpinan Yahudi setelah
Joshua dipegang oleh para pemimpin yang dikenal dengan “para hakim” (judges).
Periode mereka ini dikenal dengan “zaman para hakim” (the time of the judges)
yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Kendati mereka berusaha keras untuk
mereformasi kaum ini namun masa ini terus mengabadikan chaos, pemberontakan,
malapetaka, perselisihan dan dekadensi moral serta agama secara umum pada
generasi Bani Israel yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Ketika itu mereka
berdiam di wilayah datang tinggi di sekitar kota Jerussalem (Al Quds) dan wilayah datar
bagian selatan Palestina.
Di saat Bani Israel menyadari kondisi mereka yang
kian memburuk, para pemimpin di antara mereka meminta kepada salah satu nabi
(yang dipanggil Samuel) untuk menunjuk raja bagi mereka yang mungkin dapat
memimpin untuk berperang di jalan Allah. Namun, nabi mereka, yang telah mengenal
watak mereka :
Artinya : “(nabi mereka menjawab) : “Mungkin
sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka
(menjawab) : “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal
sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak
kami?”. Maka ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling,
kecuali beberapa orang saja di antara mereka.” (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka mengatakan bahwa Tuhan telah menunjuk
bagi mereka Talut sebagai raja. Tapi mereka menentang karena mereka :
“Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya.” (Al
Baqarah : 247)
Bahwasanya dia : “Sedang dia pun tidak diberi
kekayaan yang banyak?”. (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka berkata bahwa Tuhan telah memilihnya di
atas kapasitas mereka dan diberi pengetahuan yang luas dan punya kekuatan fisik
yang prima.
Talut, seorang pemimpin yang
beriman kini memegang puncuk kepimpinan bani Israel yang berlangsung pada tahun 1025 S.M.
Narasi-narasi Israel (Israiliyyaaat) menamakannya dengan
“Shauel”. Allah menguji pengikut-pengikutnya; mereka diperintahkan untuk tidak
meminum air dari aliran tertentu. Namun mereka gagal mematuhinya walau hanya
dengan ujian yang sederhana itu :
“Kecuali menceduk seceduk
tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa
orang di antara mereka.” (Al Baqarah :
249)
Jumlah sedikit yang lulus di dalam ujian pertama
itu tidak dapat melalui tes berikutnya dengan baik ketika mereka menyaksikan
Jalut dan pasukannya. Lalu mereka berkata :
“Tak ada kesanggupan kami pada
hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (Al
Baqarah : 249)
Hanya sedikit sekali kelompok yang masih beriman
dan berperang dengan gigih sampai akhirnya Allah berikan mereka kemenangan, di
manan nabi Daud A.S –yang masih muda-- dapat membunuh Jalut dalam peperangan ini
dengan ketapel batu (senjata perang kuno).
Sejarah Talut tidak begitu jelas.
Namun, narasi Israeliyaat menyebutkan bahwa sekitar tahun 1004 S.M, pasukan
palestina mengalah Talut “ Shauel” di peperangan “Galobou”. Mereka dapat
membunuh tiga bani ini, yang memaksanya untuk melakukan aksi bunuh diri,
memotong kepalanya dan memaku badanya sebagaimana itu juga dilakukan oleh
anak-anaknya pada dinding kota
Bashan.
Bab baru dalam sejarah Bani
Israel telah terbuka di bawah pemerintahan Daud A.S. Ia menggantikan Talut pada
tahun 1004 S.M. Ajaran tauhid tersebat di seluruh wilayah tanah suci. Nabi Daud
dianggap sebagai pendiri yang ril bagi kerajaan Bani Israel di palestina. Yahudi
pada periode sebelum ini hanya dapat menguasai sebagian kecil wilayah Palestina
dan terbatas sekali. Zaman yang disebut dengan “zaman para hakim” hanya berlalu
dengan semaraknya peperangan sporadik antara kabilah-kabilah kecil. Setiap
kabilah hampir tidak pernah dapat mempertahankan wilayah tanah yang telah
diduduki. Nabi Daud A.S dilahirkan di Bethlehem. Kekuasaannya berlangsung 40 tahun
dari kira-kira tahun 1400 S.M sapai 963 S.M. Pada awal mulainya, ibukota
pemerintahannya adalah “Hebron” (Al Khalil), ia berdiam di sana selama 7 tahun.
Jadi sekitar tahun 995 S.M ia menduduki Jerussalam dan memindahkan ibukotanya di
sana. Ia mengerahkan seluruh
balatentaranya untuk memerangi orang-orang yang tidak beriman in tanah suci ini
hingga ia mampu untuk menaklukkan mereka pada tahun 990 S.M. Ia mampu untuk
memaksa Damascus untuk membayar pajak tanah (land-taxes) dan menaklukkan Muabis,
Edomis dan bangsa Ammonites. Pada periode itu, para pengikut ajatan tauhid untuk
pertama kali dalam sejarah kala itu untuk mendominasi sebagian besar wilayah
Palestina. Tapi, yang paling mungkin, bahwa tapal batas kerajaan Daud tidak
terhubungkan dengan laut kecuali pada tempat dekat Yoya (Jaffa). Tapal batas kerajaan Israel pada puncak keemasannya berjarak
dengan panjangnya 120 mil dan lebarnya 60 mil. Arealnya tidak lebih dari 1.200
mil persegi (square miles)---20 ribu km2 yang kira-kira 7 ribu km2, kurang dari
wilayah Palestina yang ada sekarang.
Bangsa Yahudi mengontrol wilayah dataran tinggi,
namun mereka gagal untuk menguasai wilayah-wilayah datar (plains) khususnya
sebagian besar daerah pesisir Palestina yang merupakan bagian yang belum pernah
dikuasai oleh kerajaan mereka sepanjang riwayatnya sama sekali.
Kalau memang Yahudi kontemporer berbangga dengan
Daud A.S dan mengasumsikan diri mereka sebagai penggerek benderanya dan mewarisi
kebesarannya. Tetapi sesungguhnya umat Islam menganggap diri mereka lebih berhak
dengan Daud A.S dibanding dengan Bani Israel. Karena mereka mengimaninya sebagai
nabi dari nabi-nabi Allah, mencintai dan menghormatinya. Mereka bangga dengannya
karena ia telah berhasil mendirikan negara iman yang berdiri di atas fondasi
tauhid di Palestina. Dan mereka adalah orang-orang yang kini berjalan di atas
jalannya dengan membawa bendera tauhidnya setelah mengundurkan diri, menjadi
kafir, menyekutukan Allah SWT dan mengingkari janji-janji mereka dengan
Allah.
Kita ketahui dari Al Qur’an bahwa Allah SWT telah
menganugerahkan kepada nabi Daud A.S suatu hikmah dan diturunkan kepadanya kitab
suci Zabur. Ia juga diberikan kerajaan yang kuat. Bahwa gunung-gunung dan
burung-burung bersama-samanya memuji dan berzikir kepada Allah ketika ia
menyanyikannya dengan khusyu’ dan suaranya yang menyentuh : (S.XXXVIII
:17-20)
Artinya : “…dan ingatlah hamba Kami Daud yang
mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami
menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan
pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul.
Masing-masingnya amat ta’at kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami
berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan
perselisihan.” (Saad : 17-20)
Firman Allah SWT : (S.XXXVIII ; 26)
Artinya : “Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan jangnlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Saad : 26)
Allah telah berikan Daud mukjizat yang dapat
melembutkan besi bagaikan lilin atau adonan yang dapat dibentuk sesuka hati
tanpa harus dipanaskan di api. Walau ia diberikan kerajaan namun ia tetap saja
kerja keras dan tidak memakan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri. Ia
telah mengembangkan produksi persenjataan baju besi pada zamannya. Ketika baju
besi ini telah jadi yang terbuat dari besi yang kuat, namun itu terlalu berat
digerakkan oleh prajurit dan manuvernya terganggu. Kemudian Allah membimbing
Daud untuk membuatnya dari rantai besi yang diikat satu sama lain. Itu tidak
mengganggu manuver prajurit dan juga tidak memberi ruang panah untuk
menembus.
Sebagaimana firman Allah : “Dan telah Kami
ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (Al Anbiyaa :
80)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman) : “Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ualgn bersama Daud”, dan
Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhynya Aku
melihat apa yang kamu kerjakan.” (Saba’ : 10-11)
Nabi Sulaiman A.s mewarisi bapaknya Daud dalam
bidang ilmu, hikmah dan kenabian. Menurut riwayat-riwayat bahwa nabi Sulaiman
tergolong dalam salah satu dari 19 anak Daud. Sulaiman dilahirkan di Jerussalem
dan pemerintahannya di tanah yang berkah ini berlangsung sekitar 40 tahun
(963-923 S.M).
Allah telah anugerahkan kepada Sulaiman kerajaan
yang tidak pernah ada setelah itu. Allah telah jadikan bangsa jin tunduk
berkhidmat kepadanya sebagaimana angin juga tunduk dibawah komandonya. Sulaiman
terkenal dengan hikmah, keadilan, kekuatan dan kekuasaannya. Sebagaimana Allah
telah ajarkan kepadanya bahasa bangsa burung dan binatang.
Tentu apa yang menjadi kelebihan nabi Sulaiman
merupakan mukjizat rabbaniyyah yang dianugerahkan kepadanya sebagai bukti
atas kenabiannya. Palestina telah dianugerahi dengan pemerintahan imani yang
penuh dengan kemukjizatan yang didukung oleh balatentara jin, manusia, burung
dan angin. Allah muliakan Sulaiman dengan mukjizat yang bisa mengalirkan tembaga
yang dapat mengalir bagaikan mata air yang memercik dari bumi. Kerajaan ini
telah menyaksikan dinamika pembangunan, kemajuan yang pesat sebagaimana
kekuasaannya membentang sampai ke Sabaa di wilayah Yaman.
Kisah Sulaiman terdapat di dalam Al Qur’an dalam
jumlah yang berkali-kali sebagai indikasi atas ilmu, kerajaan dan kenabiaannya.
Firman Allah tentang nabi ini sebagai berikut :
Artinya : “Ia berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah
aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh juapun
sesudahku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pemberi”. Kemudian Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya
ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu.
Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk
dirimu sendiri) dengan tiada pertangungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunya
kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Saad :
35-40)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan
dia berkata : “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung
dan akmi diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu
kurnia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia
dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (Al Naml :
16-17)
Allah SWT berfirman : (S.XXXIV : 12-13)
Artinya : “Dan Kami
(tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan
perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan
sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin
ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan
siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan
kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu berbuat untuk Sulaiman
apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang berterima kasih.” (Saba’ :
12-13)
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan (telah Kami tundukkan) untuk
Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya
ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Al Anbiyaa : 81)
Dari hadits-hadits Rasulullah SAW dapat kita
simpulkan bahwa nabi Sulaiman memiliki kekuatan fisik yang prima dan merupakan
orang yang sangat menyenangi perang di jalan Allah serta beristeri banyak. Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"قال سليمان : لأطوفن الليلة على تسعين، وفي رواية
: بمئة امرأة، كلهن تأتي بفارس يجاهد في سبيل الله، فقال له الملك : قل إن شاء
الله، فلم يقل ونسي فطاف عليهن، فلم تحمل منهم غلا امرأة واحدة جاءت بشق رجل، وأيم
الذي نفس محمد بيده لو قال : إن شاء الله لجاهدوا في سبيل الله فرسانا
أجمعون"
“Sulaiman berkata : pada waktu
malam saya mesti keliling (menggilir) sembilan puluh isteri. Dan dalam riwayat :
dengan seratus isteri. Masing-masing mereka didatangi oleh penunggang kuda yang
berjihad di jalan Allah. Maka berkata kepadanya salah satu malaikat : Katakanlah
insya Allah, namun ia tidak menyebutkannya dan lupa, ia berkeliling mendatangi
isteri-isterinya. Maka tidak ada isterinya yang hamil kecuali satu saja dan
itupun dengan susah payah. Dan demi yang berkuasa atas jiwa Muhammad kalau saja
ia katakan : insya Allah niscaya mereka berjihad di jalan Allah dengan
menunggang kuda semua.”
Kematian nabi Sulaiman merupakan tanda dari
tanda-tanda Keagungan Allah SWT dan pelajaran bagi manusia dan jin bahwa bangsa
jin itu tidaklah mengetahui sesuatu yang ghaib. Karena sesungguhnya nabi
Sulaiman berdiri shalat dalam mihrab dalam posisi bersandar pada tongkatnya.
Namun ia meninggal dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang cukup lama
sementara jin bekerja keras tanpa mengetahui kematiannya hingga akhirnya
ulat-ulat kecil memakan tongkatnya. Akhirnya ia terjatuh ke tanah. Allah
berfirman :
Artinya : “Maka tatkala Kami
telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka
kamatiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah
tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib
tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”
(Saba’ : 14)
Kerajaan Israel dan Judah :
Pemerintahan Daud dan Sulaiman berlangsung lebih
kurang 80 tahun yang merupakan zaman keemasan pemerintahan yang berdiri di bawah
payung tauhid dan iman atas Palestina sebelum kedatangan Islam.
Yahudi setelah Negara Sulaiman A.S :
Setelah kematian Sulaiman,
kerajaannya terpecah menjadi dua bagian yang berdiri dari dua negara yang
terpisah yang kerap saling menyerang dari waktu ke waktu. Masing-masing
menderita kerusakan internal, kelemahan militer dan politik serta pengaruh
asing. Ketika Sulaiman meninggal dunia, representatif 12 kabilah Bani Israel
mengadakan pertemuan di Shechem (dekat Nablus) untuk mengangkat Rehbe’am bin
Sulaiman sebagai raja. Namun, menurut beberapa riwayat, bahwa para utusan dari
10 kabilah bersepakat untuk tidak mengangkatnya karena ia tidak menjanjikan
mereka untuk menurunkan pembayaran pajak. Sebaliknya, mereka memilih “Yarba’am”
yang berasal dari kabilah Ephraim sebagai raja baru dan menyebut kerajaan mereka
dengan sebutan “Israel”. Mereka
tetapkan Shechem sebagai ibukota mereka (yang kemudian disebut dengan Tarzah dan
Samaria).
Pengganti raja ini adalah Akhab yang berkuasa dari
tahun 874 S.M sampai 852 S.M. Ia mengizinkan isterinya yang bernama “Isabel”,
anak raja Sidon dan Ture, untuk mengikuti ibadah penyembahan Tuhan orang Phoenis
yaitu “Ba’al” yang konsekuensinya memancing sebuah revolusi yang dikepalai oleh
seorang aparat yang bernama “Yaho” yang berhasil menggulingkan “Akhab” dan dapat
merestorasi peribadatan kepada “Yahweh”.
Pada periode “Yab’am kedua” dari
tahun 785 S.M hinggal 745 S.M, ia merupakan generasi ketiga dari keturunan Yaho,
kerajaannya meluas ke arah utara yang harus menggusur orang-orang Aramaian. Tapi
situasi ini tidak berlangsung lama karena munculnya raja Assyria “Tajilat Blissr ketiga” (745 S.M-727
S.M) berhasil untuk mengakhiri ekspansi kerajaan tersebut. Penggantinya adalah
“Shillmanasar kelima” dan setelah itu adalah “Sarjon kedua” dapat memberikan
pelajaran kepada Joshua, yang merupakan raja terakhir dari Bani Israel. Mereka
berhasil menghancurkan kerajaannya pada tahun 721 S.M. Kemudian bangsa Arssyrian
ini berhasil memindah Bani Israel ke wilayah Haran, Khabour, Kurdistan dan
Persia serta menempatkan orang-orang Aramaian sebagai pengganti Bani Israel yang
sudah hengkang. Kelihatannya orang-orang Israel yang terusir sudah bercampur baur
dengan penduduk jiran di pengungsian secara sempurna sehingga tidak ada jejak
kesepuluh kabilah Israel
tersebut yang dapat diselusuri.
Menurut sumber Israeliyyaat, (yang harus
dipertimbangkan secara hati-hati dan teliti karena kita tidak memiliki apa yang
mementahkan dan membuktikan kebanyakan dari apa yang dimuat) pada pemerintahan
Yarba’aam bin Sulaiman (923-916 S.M) telah tersebar ibadah berhala, kerusakan
moralitas bangsa dan semaraknya sodomi. Ketika ia digantikan oleh anaknya yang
bernama Abyam, (915-913 S.M) kondisi moralitas bangsa masih rusak. Di waktu
“Yhoram bin Yahoshfat berkuasa (849-842 S.M) ia telah membunuh enam saudaranya
bersama dengan kelompok dari para pemimpin suatu kaum. Adapun Youhaz bin Yatam
(735-715 S.M) disebutkan bahwa hatinya sangat terpikat dengan kecintaan pada
berhala-berhala. Bahkan ia mengorbankan anak-anaknya di pelataran penyembelihan
yang dipersembahkan kepada berhala dan membiarkan dirinya terkekang dan menjadi
budaknya hawa nafsu dan kenakalan. Mansi bin Hazqiya, yang memerintah dari tahun
687-642 S.M, telah menggiring masyarakatnya untuk berpaling dari menyembah Tuhan
dan mendirikan tempat-tempat ibadah berhala buat mereka.
Hal demikian bukanlah sesuatu yang aneh bagi Bani
Israel. Maka itu yang menjadi moralitas mereka ketika bersama Musa A.S. dan ini
yang turut bersaksi. Sebagaimana Al quran mensinyalir bahwa mereka telah
merubah, mengganti dan menyelewengkan firman Allah serta membunuh para nabi.
Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengambil
perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul.
Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak
dingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka
dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (Al Maidah : 70)
Sejarah berbicara bahwa mereka telah membunuh nabi
Haziqual karena ia melarang seorang dari hakim dari perbuatan mungkar. Raja
Mansi bin Hazqiya membunuh nabi Ashiya bin Amous. Ia memerintahkan untuk
menggantungnya di atas dahan pohon karena nabi tersebut telah menasehati dan
memberikannya wejangan. Yahudi juga membunuh nabi Armiya dengan cara
melemparinya dengan batu karena ia mengutuk mereka yang telah berbuat
kemungkaran.
Kerajaan Judah kelihatannya sudah terserang oleh
faktor-faktor kelemahan, sebagaimana ia juga terjerumus ke dalam pengaruh asing
sejak lama. Ini yang menyebabkannya terus diserang dan mengalami kekalahan
berulang kali sehingga membuat para musuh dengan mudah dapat memasuki
Jeerussalam. Sheshaq, salah satu Firaun Mesir, memasuki Jerussalem dan mengambil
kekuasaan atasnya pada masa akhir abad ke 10 S.M.
Bangsa Palestina dan Arab juga
menyerang Jerusalem pada periode
pemerintahan Yahoram (849 S.M-842 S.M). Mereka dapat masuk dan menduduki istana
Yahoram serta menangkap anak-anak dan isteri-isterinya. Adapun raja Hazqiya
(715-685 S.M) ia harus dengan terpaksa mendeklarasikan penyerahan diri kepada
raja Assyrian, Sarjon Kedua, setelah berhasil mengalahkan kerajaan Israel. Mansi bin Hazqiya juga harus
membayaar pajak kepada Assyrhadon dan Assyrbanybal, yang merupakan dua raja
Assyria. Orang-orang Assyaria
mengikat raja ini dengan rantai yang terbuat dari tembaga dan mengirimnya ke
Babiloni. Kemudai dia kembali ke Jerusalem dan meninggal di sana.
Pada masa pemerintahan Yoshyia
bin Amon (640 S.M-609 S.M), Nackhaw Mesir hanya berkuasa tiga bulan. Yoshyia
menangkapnya dan mengirimkan kembali ke Mesir dan meninggal di sana. Ia digantikan oleh Yahoyaqim bin Yashia
(609 S.M-548 S.M). Penguasa ini telah mengeksploitasi raksi dengan berbagai
pajak untuk dibayarkan kepada petingginya di Mesir dan kembali menyembah
berhala. Pada masa kekuasaan Yahoyaqim, Buchadnezzr Babylonia berhasil
mengalahkan Nackhaw Mesir, di selatan Syria pada tahun 605 S.M dan terus merayap
hinggal akhirnya dapat memasuki Jerusalem. Di sana ia dapat menaklukkan Yahoyaqim,
mempermalukannya dan memaksakan negaranya untuk menyerah di bawah kekuasaannya.
Dan ketika Yahoyaqim memberotak melawan Buchadnezzar, pendatang dari
Babylonia ini terus memasuki
Jerusalem bersama balatentaranya
dan berhasil mengikat Yahoyaqim dengan rantai dari tembaga hingga akhirnya
meninggal dunia.
Ketika Yahoyaqim berkuasa dari
tahun 598 S.M-597 S.M, Nebuchadnezzer, atau Buchadnezzar, mengepung Jerusalem. menangkap raja dan keluarganya,
pemimpin Yahudi dan sekitar 10 ribu dari populasinya, yang lebih dikenal dengan
tahanan pertama. Mereka juga menjarah beberapa harta karun yang berada di candi
dan mengirimnya ke Babilon. Maka dari itu, Nebuchanezzar menunjuk Sodkiya bin
Yoshyia (597 S.M-586 S.M) yang diambil sumpah setia kepadanya. Namun Sodkiya,
saat menjelang hari-hari akhir rezimnya, memberontak melawan orang-orang
Baylonia yang kembali maju terus memasuki Jerusalem dan mengepungnya hinggal 18
bulan sampai akhirnya mereeka menyerahkan diri. Nebuchanezzar membumihanguskan
Jerusalem. Ia ratakan
tempat-tempat ibadah yang ada, menjarah kekayaan dan harta karun, menangkap
sekitar 40 ribu Yahudi dan mengirim mereka ke Babylonia yang dikenal dengan
sebutan tahanan Bobylonia kedua. Orang Yahudi yang tersisa akhirnya berimigrasi
ke Mesir, termasuk nabi Arimyah. Kerajaan Judah jatuh pada tahun 586 S.M.
Kitab Talmud mencatat bahwa
kejaatuhan dan kehancuran negara Yahudi tidak mungkin terjadi kecuali
dikarenakan oleh dosa-dosa Bani Israel yang telah mencapai puncaknya. Akhirnya
dosa-dosa itu terlalu membebani Tuhan yang maha Agung. Ketika mereka menolak
untuk mendengarkan nasehat Arimyah dan peringatannya, serta setelah penghancuran
canti, nabi Arimyah berceramah di depan Nebuchadnezzar dan Chaldea. Ia berkata :
“Hendaknya kamu tidak hanya
berpikir bahwa hanya dengan kekuatanmu saja kamu dapat mengalahkan orang-orang
pilihan Allah ini; tapi sesungguhnya itu karena dosa-dosa mereka yang sangat
memalukan ini yang menggiring mereka terjerumus dalam azab”.
Kitab Taurat mensinyalir bahwa dosa-dosa Bani
Israel yang menyebabkan keruntuhan kerajaan mereka dengan lisan salah seorang
nabi mereka Shiya sebagai berikut :
“Woe to the sinful people, the
people of heavy sins, the progeny of evil-doers, the depraved children who
abandoned God and despised the holy Israel, who had retreated and fallen
back” .
Artinya :
“Celakalah bagi umat yang bersalah, bangsa yang
melakukan dosa besar, keturunan para pelaku kejahatan, bani perusak yang
meninggalkan Tuhan dan meremehkan kesucian Israel, adalah orang-orang yang telah
mundur ke belakang dan murtad”. (Kitab Ashiya bab1)
Penguasa Alternatif atas
Palestina, Parsi, Yunani dan Romawi :
Paska keruntuhan kerajaan Israel di Palestina,
bangsa Yahudi hidup dalam periode/masa yang disebut dengan “Hegemoni Babylonia”
yang berkedudukan di Irak. Ini merupakan periode di mana mereka sudah memulai
penulisan kitab Tauraat, atau masa yang tidak kurang dari 700 tahun setelah
kehadiran Musa A.S. Tulisan ini belum selesai kecuali para akhir abad ke 2 S.M
(setelah lebih kurang 400 tahun)
. Pada saat itu bangsaa Yahudi telah menjauhi
komitmen mereka kepada agama dan mentaklid negara-negara tempat berdomisili
mereka masing-masing dengan menyembah berhala-berhala.
Kesempatan untuk kembali ke
Palestina muncul kembali setelah keberhasilan kaisar Parsi, Qorash Kedua,
menaklukkan negara Chaldania Babylonia pada tahun 539 S.M. Pada masa ini bangsa
Yahudi turut andil dalam penaklukan negara ini. Kaisar dapat mengalahkan Media
dan telus memperluas pengaruhnya hingga keseluruh wilayah palestina, yang pada
gilirannya masuk dalam dominasi Parsi ((539-332 S.M) Dengan kemenangan ini
Qorash mengizinkan bangsa Yahudi untuk kembali ke tanah Paletina sebagaimana
mereka juga diperbolehkan untuk merekonstruksi sinagog (al haikal) di
kota Jerusalem. Namun kesempatan ini tidak
dimanfaatkan oleh kebanyakan Yahudi untuk kembali. Hal ini karena kebanyakan
orang Parsi sangat mengagumi tanah yang baru mereka taklukan ini, dan hanya
sedikit para kaum ekstrimis yang menolak untuk berasimilasi dengan penduduk
lain. Sesuatu yang yang dapat melindungi Yahudi dari kebinasaan.
Seorang sejarahwan mengatakan bahwa jumlah mereka
yang kembali adalah 42 ribu, jumlah yang minoritas bila dibandingkan dengan
jumlah mereka yang sebenarnya. Mereka ini yang kembali membangun tempat ibadah,
dan bangunan tersebut rampung pada tahun 515 S.M. Di wilayah Jerusalem, Yahudi
menikmati semacam otonomi di bawah dominasi Parsi. Namun otonomi ini tidak lebih
dari wilayah yang hanya beradius lebih kurang 20 km dari semua arah. Pada tahun
332 S.M, Penguasa Makedonia Alexander dapat menduduki Palestina dalam
kampanyenya untuk menduduki Syria Raya, Mesir, Iraq, Iran dan sebagian wilayah
India. Alexander tetap melindungi bangsa Yahudi. Sejak masa itu, palestina
memasuki era yang disebut dengan Era Helenistik Yunani yang berakhir hinggal
tahun 63 S.M.
Setelah kematian Alesxander,
pecah konflik di antara para pemimpin-pemimpin yang menyebabkan pembagian
kerajaan. Palestina dan sisa Syria yang berdelta, dari selatan Lattakia, Lebanon
dan sebagian Syria seperti Damascus, Mesir dan Borqa (Libya) dan sebagian dari
pulau-pulau di laut Aegean jatuh ke tangan penguasa Ptolemy. Kekuasaan dan
kekuasaan orang setelah dia disebut dengan era Ptolemaik. Kekuasaan ini
berlangsung di Palestina dari tahun 302 S.M hinggal 198 S.M. Ptlolemaik merasa
simpati kepada bangsa Yahudi, di mana seluruh urusan mereka diambil oleh para
“Pendeta Besar”. Kemudian datang setelah itu orang-orang Seleucids di mana
bagian kekuasaan mereka setelah kematian Alexander meliputi wilayah Syiria
Utara, Asia Minor, Rafidain
(wilayah Tigris dan Eufrat)
serta dataran tinggi Iran.
Mereka dapat mendominasi Palestina setelah berhasil menang dalam pertempuran
Banion di mana raja Seleucid yaitu Antiokhis Ketiga dapat meraih kemenangan yang
gemilang atas orang-orang Ptolemaik. Dominasi orang-orang Seleucid atas
Palestina ini berakhir hingga tahun 63 S.M.
Orang-orang Seleusid berusaha
untuk dapat mempengaruhi kehidupan orang Yahudi dengan Helenisme Yunani. Maka,
Antiokhis Keempat mencoba untuk menjauhkan Yahudi dari ajaran agama mereka. Pada
tahun 167 S.M, ia mengirim salah seorang pemimpin kepada Yahudi dan menugasinya
untuk melenyapkan ajaran ritual dan menggantikan Tuhan mereka Yahya, dengan
Tuhan Olimpik yaitu Zeus. Ia menunjuk salah seorang pendeta Yunani yang
menyembah berhala di Jeusalem. Pendeta ini mengharamkan pelaksanaan khitan,
kepemilikan buku suci dan menghalalkan bagi mereka untuk mengkonsumsi daging
babi. Merespon perintah-perintah ini, orang-orang Yahudi terpecah dalam dua
golongan : sebagian, berpaling dari ajaran mereka karena puas atau terpaksa,
mereka disebut dengan Hellenistik atau Yunanis. Mereka bermukim di Jerusalem dan di daerah-daerah Yunani.
Kelompok kedua, adalah orang-orang yang menentang hal ini yang harus hengkang
dari Jerusalem. Namun jumlah
mereka hanya sedikit. Kelompok ini disebut dengan kelompok orang-orang suci (the
party of the saints).
Secara umum, orang-orang Yunani telah mempengaruhi
kehidupan Yahudi. Bahasa Aramaik menggantikan bahasa Ibrani. Dan bahasa Yunani
menjadi bahasa yang dipergunakan di sekolah-sekolah. Dari orang-orang Yahudi
muncul kelompok yang mendukung Yunani dan berupaya keras untuk dapat mencapai
kekuasaan di bawah kepmimpinan pendeta besar yang bernama Jayson.
Yahudi yang meniggalkan
Jerusalam, “kelompok orang-orang suci”, telah mempercayakan kepemimpinan mereka
kepada Mattathyas (Mattayeeh), ketua keluarga Ashmonia, yang meninggal dunia
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Maka ia disuksesikan oleh anaknya yang
bernama Judah, yang juda
dipanggil Maccabee, yang bermakna palu. Ia memberontak terhadap orang-orang
Sleucid dan mengalahkan mereka lebih dari sekali (166 S.M- 165 S.M).Orang Yahudi
banyak bergabung dengannya. Ini yang membuat Antiokhis Keempat harus
memberhentikan opresi yang ia lakukan terhadap Yahudi. Orang-orang Maccabees
kembali ke Jerusalem pada
tanggal 25 Januari 164 S.M. Yahudi terus merayakan kemenangan ini hinggal
sekarang yang disebut dengan “Pesta Cahaya” (Hanukah).
Setelah itu otonomi dapat
direalisir di Jerusalem, namun
hal ini meluas atau menyempit dan bertambah kemerdekaannya atau melemah sesuai
dengan perkembangan konflik kekuatan besar yang berlangsung di Palestina (antara
Romawi-Ptolemaik-Seleusid). Rezim kekuasaan menjelma menjadi warisan bagi
keturunan Judah, Maccabee.
Orang-orang Maccabee berkuasa sebagai “Pendeta Kepala” dan mereka sebut mereka
seperti raja-raja, namun mereka tetap merupakan subordinat dan tetap membayar
pajak tanah kepada orang-orang Seleucid. Pada tahun 143 S.M, Kaisar Dimetirus
Kedua telah membebaskan orang-orang Yahudi dari kewajiban untuk membayar
berbagai pajak dan menjuluki penguasa dengan Simon. Di kalangan Yahudi sepakat
untuk mengkonsiderasinya sebagai seorang raja. Maka dari itu, rezim kerajaan
telah berdiri dan orang-orang Seleucid mengakuinya dan memberikan Simon hak
untuk menggunakan uang koin secara legal.
Pada era raja Yahudi Alexander
Janous (103 S.M – 67 S.M), rezimnya terus meluas hingga mencakup wilayah
Trans-Jorda, yang disebut oleh orang Yahudi dengan sebutan “Iberia” dan pesisir. Perbatasan kerajaannya
hampir berhubungan dengan perbatasan kerajaan Sulaiman. Setelah kematiannya,
kekuasaan jatuh ke tangan isterinya, Salom Alexandra, yang berkuasa hingga tahun
67 S.M. Kemudian, kedua anaknya berperang satu sama lain untuk memperebutkan
kekuasaan, dan bangsa Arab Nabatean ikut campur dengan memberikan bantuan kepada
Hercules Kedua melawan adiknya yang bernama Aristopolous. Pada tahun 63 S.M, pemimpin
Romawi yang berkenal yaitu Pompeii, dapat menghancurkan negara kecil Yahudi dan
menunjuk Heirkanous Kedua sebagai kepada para pendeta. Ia berhasil
membumihanguskan dinding-dinding yang berada di kota Jerusalem, memindahkan sebagian yang lainnya
dari tangan orang-orang Yahudi dan membiarkan dinasti Maccabee untuk dapat
survive di bawah dominasi orang-orang Romawi.
Pada periode 47 S.M-40 S.M,
koloni ini jatuh ke tangan penguasa Edam yang bernama Ante Peter. Pada tahun 40 S.M, orang-orang Parsi
menyerang Palestina dan menunjuk Ante Johanous yang merupakan saudara dari
Hercanous Kedua, sebagai penguasa dan kepala para pendeta. Rezim Ante Johanous
berlangsung hingga tiga tahun. Ia merupakan orang terakhir dari dinasti
Maccabee. Pada tahun 37 S.M, orang-orang Roman dapat menaklukan Parsi dan
merestorasi kekuasaannya yang hilang atas Palestina dan menunjuk Herod, anak
Ante Peter, sebagai penguasa. Herod berubah menjadi penganut Judah dan mencoba untuk berkonsiliasi dengan
orang-orang Yahudi namun ia akhirnya sangat jengkel dengan mereka. Ia secara
umum adalah orang yang tiran yang punya loyalitas tinggi kepada Romawi. Ia
merenovasi candi dan melipatgandakan luas arealnya, meninggikan bangunan
langit-langitnya dan memperindahnya menjadi sebuah bangunan yang punya
arsitektur dan perfeksi yang tinggi sekali.
Rezim Herod berlanggung hingga tahun 4 S.M, yang di
mana dua nabi hidup pada masa ini yaitu nabi Zakariya A.S dan anaknya Yahya A.S.
Isterinya binti Imran A.S juga hidup para periode ini. Pada akhir hayatnya, nabi
Isa A.S dilahirkan.
Zakariya adalah seorang tukang kayu. Ia adalah
orang yang menanggung kehidupan Maryam binti Imran, dan diberikan anak –setelah
usianya lanjut dan Maryam adalah seorang yang mandul—yang diberi nama Yahya.
Masing-masing Zakaria dan Yahya punya andil yang besar dalam mendakwahi Bani
Israel agar kembali kepada hidayah dan kebenaran.
Telah datang berita gembira kepada Yahya bahwa ia
akan menjadi:
“yang membenarkan kalimat
(yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan
seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.”
(Ali Imran : 39)
Untuk memimpin masyarakatnya dan menggungguli
mereka serta mengekak dirinya dari hawa nafsu sebagai wujud dari menjaga
kehormatan (iffatan), bentuk zuhud dan menjadi seorang nabi. Ketika Yahya
dilahirkan dan umur telah baligh untuk diperintah oleh Allah dengan firman-Nya
:
Artinya : “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat)
itu dengan sungguh-sungguh.” (Maryam : 12)
Artinya ambil apa yang ada di dalam kitab Allah
dengan sungguh-sungguh dan semangat. Dan Dia akan berikan kepadanya hikmah dan
kekuatan akal dari semenjak masa kecilnya. Sebagaimana firman Allah : “Dan
Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,” (Maryam :
12)
Yahya menjalankan tugas dakwahnya dan beramar
ma’ruf nahi munkar. Ia dikenal dalam literatur masehi dengan sebutan “John
Baptis”. Baptis dinisbatkan kepada apa yang disebut bahwa ia membaptis manusia
(memandikan mereka dengan air) untuk mensucikan mereka dari kesalahan-kesalahan.
Yahya diberitahu akan kedatangan nabi Isa A.S.
Nabi Yahya harus mengorbankan hidupnya untuk
mempertahankan sikap solidnya melawan kehendak Herod untuk kawin dengan
kemenakan Yahya dari anak adik lakinya (ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak
dari adik perempuannya). Ia adalah seorang perempuan cantik yang bernama
Herodya. Herodya dan ibunya menjadi sangat benci kepada Yahya karena menghalangi
pernikahan Herodya dengan Herod. Dan akhirnya ia berzina dengan Herod serta
berdansa didepannya sehingga ia dapat menguasai seluruh perasaan sang raja ini.
Maka Herod meminta kepadanya untuk dapat berangan-angan hingga akhirnya
angan-angan itu berbuah pada keinginan akan memiliki kepala Yahya!! Hal itu
dikabulkan Herod dan dibunuhlah Yahya. Kemudian kepalanya dihadiahkan kepada
pelacur ini!! Sebagaimana firman Allah : “Kesejahteraan atas dirinya pada
hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan
hidup kembali.” (Maryam : 15)
Ketiranan Herod tidak cukup berhenti sampai di
sini, namun ia juga membunuh Zakaria A.S dengan menggergajinya!! Karena ia
membela anaknya Yahya dan juga menentang perkawinan karena halangan
keturunan.
Adapun Maryam—kepala wanita-wanita
sedunia—dilahirkan sebelum Yahya A.S. Ibunya telah menazarkannya di saat ia
masih di dalam kandungan di dalam jalan Allah : (S.III.37)
Artinya : “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai
nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik
dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.” (Ali Imran : 37)
Allah tunjuk Maryam : (S.III.42)
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata : “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu).” (Ali Imran : 42)
Allah SWT telah takdirkan agar mukjizat besar ini
dapat berlangsung yaitu dengan melahirkannya Maryam seorang anak yang bernama
Isa tanpa bapak. Dan hal ini terlangsung dengan kalimat dari Allah “kun!
(jadilah)”
Mari kita berhenti sejenak untuk membaca teks Al
Qur’an ini yang penuh dengan kemukjizatan sekitar kisah nabi Isa A.S dan misinya
: (S.III : 45-49)
Artinya : “(Ingatlah) ketika Malaikat berkata :
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang
putera yang diciptakan dengan kalimat yang datang) daripada-Nya, namanya Al
Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang
saleh.” Maryam berkata : “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal
aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan
perantaraan Jibril) : “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya : “Jadilah”, lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al
Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang
berkata kepada mereka) : “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang
yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan
aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali Imran : 45-49)
Nabi Isa dilahirkan sekitar tahun
4 S.M di Betlehem. Menurut riwayat bahwa Maryam minggat bersama Isa dengan Yusuf
“seorang tukang kayu” ke Mesir yang takut akan nasib anaknya dari ketiranan
Herod dan ketidakadilannya. Kemudian tidak berselang lama ia kembali ke
kota Nazareth di mana, Isa menghabikan masa
kecilnya dan tumbuh di sana.
Setelah itu ia lebih dikenal dengan nama “Yesus Krist” dan para pengikutnya
disebut dengan orang-orang Kristen.
Nabi Isa bin Maryam adalah sutu tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi manusia. Ia mendeklarasikan dirinya dan
berbicara di depan khalayak ramai ketika ia masih bayi di dalam buayan. Ia
meyakinkan manusia bahwa ia adalah seorang utusan Allah. Dan ia beri mereka
kabar gembira bahwa ia diutus sebagai seorang nabi kepada kaumnya. Dengan firman
Allah yang artinya : “Berkata Isa : “Sesungguhnya aku ini hamba allah, Dai
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dai
memberintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup;” (Maryam : 30-31)
Di Palestina, Isa A.S menjalankan tugas sucinya
dakwah kepada Allah dan memeras energi yang besar untuk menggiring bangsa Yahudi
kepada hidayah ilahi, dan memberi mereka kabar gembira akan kedatangan nabi
terakhir bernama Muhammad SAW :
Artinya : “(yaitu kitab Taurat) yang memberi
kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad).” (As Saff : 6)
Kendati mukjizat-mukjizat yang dianugerahkan Allah
kepadanya dan apa yang dikandung oleh misi sucinya dari kebenaran dan cahaya
namun Bani Israel menolak dan tetap mengingkari serta memposisikannya sebagai
musuh. Hanya sedikit sekali yang meyakininya.
Menurut narasi historis bahwa
nabi Isa pergi ke Jerusalem dan
mengunjungi sinagog (tempat ibadah) kira-kira pada tahun 30 Masehi di saat
berlangsungnya perayaan Easter. Ia menolak keberadaan sistem penukaran uang dan
para pedagang di sekitar tempat ibadah.
Menurut bab Mateus dalam kitab Injil (21 :
112-13), “…dan Isa pergi ke candi Tuhan, dan mengeluarkan semua orang yang
semula berjualan dan berbelanja di dalam candi. Dan ia membalikkan meja-meja
para pedagang uang dan kursi-kursi mereka yang menjual buang dara. Dan berkata
kepada mereka, dan ini tertulis, rumah saya harus di sebut sebagai rumah
sembahyang; namun kalian semua telah menjadikannya sebagai sarang para
maling’.
Orang Yahudi dan orang-orang
terpandang sangat membenci Isa A.S. Menurut bab dalam kitab Matteus
(19 : 47), “….dan ia mengajar
setiap hari di dalam candi ini. Tapi kepala para pendeta dan penulis serta tokoh
masyarakat berusaha untuk menghancurkannya”. Dewan Agama Yahudi (Synhadrin)
segera mengadakan pertemuan dan menentukan untuk menangkap Isa A.S. Mereka
memutuskan untuk menghukumnya dengan hukuman maati dengan tuduhan menjelekkan
agama (balsphemy) dan dianggap telah murtad.
Kemudian mereka menggiringnya untuk menghadap
gubernur Romawi pada waktu itu, Pontious Pilate, satu-satunya yang berhak untuk
mengeksekusi. Namun Pilate tidak menemukan kesalahan apapun dari Isa yang
mengharuskannya untuk mendapat hukuman mati. Dan Yahudi tetap saja bersuara
bulat meneriakkan : “salib dia! Salib dia! darahnya harus untuk kita dan anak
cucu kita!”. Akhirnya dengan tekanan Yahudi yang terus tak terbendung, Pilate
menghukumnya hingga mati. Namun Allah SWT memberinya pertolongan dan
mengangkatnya untuk menghadap-Nya ketika mereka menduga bahwa mereka telah
membunuhnya.
Artinya : “…padahal merena tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih
paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan teentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula yakin bahwa yang mereka
bunuh itu adalah Isa, tetap (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An
Nisaa : 157-158)
Kendati demikian, lembaran
sejarah konflik antara kebenaran dan kepalsuan atas tanah suci ini telah
didistorsi. Bani Israel telah
melakukan kebohongan kepada Nabi terkhir mereka dan menuduhnya dengan sihir dan
akhirnya mereka berkonspirasi atasnya. Orang-orang pengikut nabi Isa yang
disebut dengan sebutan “al hawariyyun” telah mengimani Isa A.S dan menyebarkan
dakwahnya setelah kematiannya, namun mereka selalu saja menemukan rintangan dan
siksaan yang tidak ringan. Mereka tetap meneruskan mendakwahi orang Yahudi dan
menceramahi mereka di rumah ibadah. Ketika jumlah orang-orang nasrani kian hari
kian berlipat ganda dan setelah sekian tahun Yahudi menghawatirkan tersebarnya
dakwah ini. Mereka menuntur penangkapan Peter dan yang lainnya untuk
dipersidangkan di depan Dewan Syanhadrin. Tapi majlis ini merasa cukup untuk
mencambung mereka dan membebaskan mereka kembali. Para pengikut yang baru akhirnya harus
melarikan diri ke daerah Samaria, Kaisareh dan Antakiyah. Di sana mereka dapat bertemu dengan kelompok nasrani lainnya. Peter juga
harus hengkang ke Roma di mana dia mendirikan kelompok nasrani di sana. Dia memfokuskan dakwah untuk mengajak
Yahudi kembali ke ajaran yang benar. Adapun Paul, dia berdakwah kepada
orang-orang yang menyembah berhala sebagaimana ia juga berdakwah kepada Yahudi
dan mengartikulasi terminologi-terminologi dan pemahaman-pemahaman filosofis
untuk menginterpretasi ajaran nasrani yang sesuai dengan standar peradaban
Helenistik yang lestari saat itu.
Paul Peter harus mengakhiri
hidupnya dengan eksekusi mati para era Kaisar Romawi yang bernama Nero pada
tahun 64 Masehi. Tapi risalah yang diproklamirkan oleh Isa A.S dalam tempo yang
tidak terlalu lama harus mengalami distorsi dan Injil yang diwahyukan kepadanya
telah berubah. Para pengikutnya
setelah kepergiaannya telah dipengaruhi oleh peradaban Helenistik dan rezim
Romawi. Dan dakwah mereka telah bercampur dengan banyak tradisi, ritual dan
ajaran-ajaran yang tersebar di negara-negara di mana dakwah tersebut diajarkan.
Itu menjadi mudah bagi masyarakat untuk memeluknya. Ajaran nasrani tidaklah
mengakar dalam masyarakat hingga Kaisar Constantine, mengimaninya pada tahun 325
Masehi. Setelah itu, ajaran nasrani menjadi agama resmi di seluruh kekaisaran
Romawi. Constantine melindungi
Palestina dan mendirikan gereja suci Sepulchre, yang menjadi salah satu gereja
terpenting kristen. Ia juga mendirikan gereja Ascensian di gunung Zaitun
(Mount of Olives) dan gereja
Nativity di Bethlehem. Bangsa Palestina pada masa itu memeluk ajaran kristen
hingga kemenangan orang Islam harus merambah sampai ke Palestina.
Eksistensi Terakhir Yahudi di
Palestina :
Sekali lagi untuk melihat kondisi
Bani Israel di wilayah Palestina setelah turunnya nabi Isa A.S. Romawi telah
mulai memerintah Jerusalem dan wilayah Palestina lainnya secara langsung yaitu
sejak 6 Masehi. Pada periode mereka memecat Archilles, yang menggantikan orang
tuahnya, Herod karena telah menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya.
Peristiwa Isa al Masih A.S berlangsung yaitu pada masa gubernur Pontious Pilate
(26-36 S.M)s. Pada bulan November 66 Masehi, pada periode Kaisar Nero,
orang-orang Yahudi memberontak terhadap kekuasaan Romawi, tapi komandan militer
Romawi Tetas dapat menumpas revolusi ini –yang berlangsung empat tahun—pada
bulan September 70 Mesehi. Maka ia dapat memasuki kota Jerusalem setelah pengepungan yang ketat,
pembunuhan, penjarahan dan pembakaran kemudian menghancurkan sinagog yang
dibangun oleh Herod sehingga tidak tersisa satu batupun dari bangunan rumah
ibadah tersebut.
Kota Jerusalem menjelma menjadi kota mati, rata dengan tanah. Banayak dari
para tawanan yang diperjualbelikan sebagai budak secara murah di pasar-pasar
Kekaisaran Romawi. Para bangsa Yahudi berharap agar dapat dibeli oleh orang yang
dapat memperlakukannya secara manusiawi dan tidak mengirimnya ke ring
wrestling yang ganas yang merupakan tradisi orang Romawi untuk menikmati
pemandangan orang buas yang memangsa yang lain!!! Pemimpin ini juga membangun
tugu kemenangan di kota Roma
sebagai simbol keberhasilannya untuk menundukkan orang-orang Yahudi yang masih
berdiri hingga sekarang. Di atasnya di ukir catatan untuk mengenang kemenangan
tersebut dan terlihat di sana
tongkat yang terbuat dari lilin yang memiliki tujuh kepala yang sangat terkenal
sebagai milik orang Yahudi. Benda ini juga diambil dari sinagog di
atas.
Kembali orang-orang Yahudi
memberontak terhadap Romawi di bawah kepemimpinan Bracokhapa yang asli namanya
adalah Simon. Revolusi mereka ini berakhir bertahun-tahun dari tahun 132-135
Masehi. Ia berhasil mengumpulkan Yahudi dalam jumlah yang cukup besar. Ia
berusaha untuk dapat menduduki Jerusalem tapi Kaisar Romawi Hadrian mengirim balatentara dalam jumlah yang
sangat besar di bawah kepemimpinan Julius Cephrius yang dapat mengalahkan Yahudi
dan kembali menduduki Jerusalem.
Yahudi akhirnya hengkang ke daerah Battier, di mana puing-puing benteng
pertahanan tempat berlindungnya orang-orang Yahudi masih tersisa di sana. Orang Arab menyebutnya dengan “Kherbit
Yahudi”.
Hadrian mengambil keputusan untuk membunuh para pemberontak secara
kejam, membumihanguskan “Hierosolyma” dan mencangkuli lokasinya, membunuh serta
menangkapi bangsa ini dalam jumlah yang besar. Tidak hanya sampai di situ,
Yahudi juga dilarang masuk, hidup bahkan datang untuk mendekati kota Jerusalem. Ia memperbolehkan orang Kristen
untuk hidup di sana namun mereka
harus tidak berketurunan Yahudi. Di atas puing-puing kota Jerusalem, Hadian membangun kota baru yang dinamakan dengan Elia
Capitolina yang kemudian lebih dikenal sebagai Elia, yang merupakan awalan nama
Hadrian Pertama. Dan tepat di atas rumah ibadah yang sudah diratakan dengan
tanah itu dibangun tempat ibadah berhala sebagai persembahan untuk
Jupiter.
Larangan bagi Yahudi untuk
memasuki kota Jerusalem terus berlanjut hingga 200 tahun
kemudian. Mereka jarang sekali datang dan hidup di wilayah ini kecuali pada abad
ke 19 M.
Mereka tersebar ke belbagai belahan dunia, dan
tidak punya koneksi apapun dengan Palestina kecuali nostalgia yang kebanyakannya
hanya berupa potret kekufuran, kefasikan, ketidakadilan dan pembunuhan para
nabi. Maka ganjaran itu semua adalah murka Allah atas mereka dan laknat-Nya,
sehingga mereka diharamkan dari mendiami tanah suci ini dan menyebabkan diaspora
mereka di belbagai belahan bumi.
Konklusi :
1. Sesungguhnya mayoritas
penduduk Palestina datang dari Jazirah Arab dan mereka tepat sebagai penduduk
wilayah ini hingga sekarang.
2. Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan Bani Israil tanah suci ketika mereeka berjalan di atas perintah-Nya
dan di bawah bimbingan para nabi. Maka ketika mereka merubah sikap, menolak dan
tidak mempercayai Allah, lenyaplah hak tersebut dari tangan mereka.
3. Sesungguhnya umat Islam
adalah orang yang lebih berhak untuk mewarisi peninggalan para nabi Bani Israel.
Dakwah Islam yang dilakukan oleh umat merupakan kelanjutan dakwah yang dilakukan
oleh para nabi terdahulu. Kebenaran yang didedikasikan oleh mereka adalah
kebenaran yang sama yang juga diakui oleh umat Islam untuk
dilanjutkan.
4. Sesungguhnya dominasi Bani
Israel dahulu—kapanpun itu—tidak pernah mencakup seluruh wilayah Palestina yang
dikenal sebagai batas-batasnya dewasa ini. Masa dominasi mereka dengan
independensi yang utuh sangatlah singkat dibandingkan dengan sejarah Palestina.
Walaupun ketika mereka pernah memiliki dua kerajaan yang kerap sekali berstatus
subordinat kekuatan besar lain.
5. Otonomi Yahudi yang mereka
nikmati setelah keberhasilan menaklukan Babylonia sangat lemah dan terbatas pada
wilayah Jerusalem dan
sekitarnya. Setelah itu, pada zaman Maccabee mereka menikmati kemerdekaan
terbatas.
6. Paska diaspora mereka di
belbagai belahan bumi disebabkan oleh pekerjaan mereka yang jahat. Relasi
mereka dengan Palestina terputus tanpa interupsi untuk masa 1.900 tahun.
Akhirnya, H.G.Wells berkata dalam bukunya , “Brief History of the Children of
Israel’s Experience in Palestine after the Babylonian Captivity” (Sejarah
Singkat Pengalaman Bani Israel di Palestina setelah Penangkapan Babylonia),
bahwa “ the life of Hebrews (in Palestine) was resembling the life of a man
who insisted to settle in the middle of a crowded highway, so buses and trucks
were continuously running over him…and from the start to the end, their
(Kingdom) was just an emergency event in the history of Egypt, Syria, Assyria
and Phoenici, the history which was much greater than their history.”
(Kehidupan orang-orang Ibrani (di Palestina) adalah menyerupai kehidupan
seseorang yang tetap bersikeras untuk mendiami jalan raya yang sangat padat,
jadi bus-bus dan truk-truk secara terus-menerus menggilasnya…dan dari permulaan
hingga akhir, (kerajaan) mereka adalah tidak lebih dari hanya peristiwa yang
sifatnya hanya darurat baik itu di dalam sejarah Mesir, Syria, Assyria dan
Phoenisi. Sejarah bangsa-bangsa ini adalah sejarah yang lebih besar dari sejarah
mereka).
Gustav Lobon adalah seorang
sejarahwan kenamaan yang berbicara tentang Bani Israel saat mereka menduduki
Palestina yang mengatakan bahwa : “They did not borrow from the superior
nations except for the meanest of those civilizations, i.e., they did not borrow
anything but infamies, harmful customs, debauchery and superstitions. They
offered oblations to all Asian Gods. They offered more oblations to Ashtaourt,
B’al and Mouloukh than to the God of their own tribe, the frowning and spiteful
Yahwa, in whom they had but every little trust.” (Mereka tidak meminjam
(belajar) dari bangsa-bangsa superior tersebut kecuali untuk yang paling
hina dari peradaban mereka, contohnya, mereka tidak belajar kecuali hal-hal yang
jelek dari tradisi-tradisi yang membahayakan, kebiasaan prostitusi dan
superstisi (keyakinan pada hal-hal yang mistik). Mereka mendekatkan diri kepada
seluruh Tuhan-tuhan Asia seperti
kepada Ashtaourt, B’al dan Mouloukh namun tidak kepada Tuhan kabilah mereka
sendiri, Yahwe yang cemberut dan pendengki. Mereka tidak mempercayainya sama
sekali).
Dia juga mengatakan bahwa “The Jews lived almost
always in massive anarchy. Their history was just a story of abominations…The
history of the Jews from the aspect of civilization was null…(They did not
deserve to be considered among the civilized nations in any shape whatsoever”.
(Yahudi hidup hampir selalu dalam anarki massif. Sejarah mereka hanya berupa
sebuah kisah kemungkaran-kemungkaran….Sejarah Yahudi dari aspek peradaban adalah
nol…(Mereka tidak berhak untuk dikonsiderasi sebagai bagian dari bangsa-bangsa
yang beradab dalam bentuk apapun juga).
Ia juga mengatakan bahwa, “The
Children of Israel
remained, even under the reign of their kings, shedding and always embarked
rashly in brutal fighting. “ (Bani Israel tetap, walau berada di bawah
singgasana raja-raja mereka, baduwi (primitif) dan selalu terlibat dalam
pertempuran yang brutal).
Serta ia juga mengatakan : “The psychological
temper of the Jews always remained very close to the most primitive nations. The
Jews were stubborn, were dupes and simpletons, were rude like beasts and acted
like babies…You could not find a nation like the Jews who lacked the sense of
artists.” (Temperamen psykologis Yahudi selalu lebih mendekati temperamen
bangsa-bangsa yang paling primitif. Yahudi keras kepala, emosional, lalai dan
beringas serta beraksi seperti anak kecil….Anda tidak akan mendapatkan satu
bangsa seperti Yahudi ini yang minus jiwa seninya).