Janice J. Beauty dalam bukunya yang berjudul Skills for Preschool
Teachers menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat
sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini.
Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga
dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan
dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Dalam penelitian yang dilakukan Ernesto Pollitt dkk (1993) menyatakan
bahwa pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi
perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga
ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap
penyakit (Brom dkk, 2005 dalam Santrock, 2007)
Janice J Beaty pun menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat
berhubungan dengan bagaimana membuat progam pembelajaran yang meliputi
kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan gizi yang sehat
dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak.
Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang
sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah
raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt
dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola
makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji
dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog,
pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit
pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi
guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak
layaknya makanan cepat saji.
Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik anak:
Exercise is linked with many aspects of being physically and mentally
healthy in children and adult (Buck dkk, 2007 dalam Santrock, 2007)
Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang
merupakan stimulasi bagi perkembangan motorik terutama motorik kasar.
Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan motorik tersebut
adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga
pun anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga
tersebut berupa permainan maka anak akan belajar nilai-nilai social
seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan. Karena itu
kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian
stimulasi berbagai aspek perkembangan anak.
Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka
belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka
diantaranya alergi, asma dan infeksi telinga. National Centre of Health
Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian anak paling
besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah
(leukemia). Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk
pengaman, helm dan alat pengaman lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa
dicegah dengan pemberian ASI.
Pemberian ASI sangat penting pada masa satu sampai enam bulan pertama.
Salah satu keuntungan dari pemberian ASI adalah terbentuknya kekebalan
tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika
Serikat adalah(Eiger & Olds, 1999; Hanson & Korotkova, 2002;
Kramer, 2003):
1. Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas.
2. Mencegah alergi
3. Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan
4. Menguatkan tulang
5. Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui
6. mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak
yang berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak.
Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif dan pelecehan. Sebagai pendidik
PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan
orang tua dan psikologi secara intensif sehingga mengetahui bagaimana
seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertangggung jawab dalam
menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang
tua. Karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaaan, gaya hidup
orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat
membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat
22 persen anak yang orang tuannya merokok mengidap penyakit asma dan
pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Selain itu, asap
rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam
Santrock, 2007).
Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun
mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan
oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola koinsumsi
pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak
usia dini.
http://parentingislami.wordpress.com
Posted in: Child Care
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar