Artinya :
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Menebar Ukhuwah Dalam Dakwah
Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. (Imam Al Ghazali)
Persaudaraan adalah mukjizat, wadah yang saling berikatan. Dengannya Allah persatukan hati-hati yang berserakan. Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami, saling mencintai, dan saling berlembut hati.(Sayyid Qutb)
Setiap orang yang sedang disusul oleh kematian meminta lebih banyak waktu. Sementara semua orang yang masih memiliki waktu membuat alasan untuk menunda-nunda. (Ali bin Abi Thalib)
|
|
|
Ukhti Al-Muslimah ….. ! Wahai wanita yang tunduk di depan kekafiran, berkata : “Kamu adalah wanita terpelajar. Diantara kami ada seorang dokter, ada sastrawati, ada wartawati, ada dosen yang mengajar di negeri kalian. Islam tak pernah melarang sedikitpun hal itu, tak ada perbedaan lagi antara laki-laki dan wanita. Senangkah anda pada kami ? Jawaban kami cukup menyitir Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” (QS. Al-Baqorah: 120). Mereka berkata: “Cukup bagi saya dengan keIslamanmu terbatas pada ibadat ritual semata. Adapun ilmu anda, moral, tingkah laku, pakaian, ide, dan seluruh urusan dunia anda, wajiblah kamu mengikuti cara kami (kaum kafir)” Sungguh telah nyata sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kamu akan mengikuti cara orang-orang sebelummu, sedikit demi sedikit, hingga andaikan mereka memasuki lobang biawak, kamu akan ikut masuk kedalamnya, kami berkata : Apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani ?, jawab Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Muslim) Ukhti Al-Muslimah ……. ! Kamu seharusnya memperhatikan pakaianmu dan berbuat serta wajib memiliki kepribadian Islam sebagaimana apa yang kamu dengar, lihat dan baca (ajaran Islam). Sungguh sedikit orang yang berbuat dan mengajak kepada kebaikan, sebagaimana seruan seorang penyair Arab: “Wahai kamu yang selalu mengurusi badanmu. Betapa banyak usaha yang telah kamu lakukan. Apakah kamu mencari keuntungan dari sesuatu yang jelas rugi. Perhatikan jiwamu, sempurnakan keutamaannya, sebab kamu disebut manusia dengan jiwa, bukan karena tubuh jasadmu.” Ukhti Al-Muslimah …….. ! Jadikan Khodijah, suri tauladan dan panutanmu dalam berjuang dengan harta dan jiwa. Jadikan Aisyah, tauladanmu dalam ilmu pengetahuan. Jadikan keluarga Yasir, suri tauladan anti dalam kesabaran dan berpegang teguh pada agama Allah. Wahai Ibu generasi mendatang, perhatikan perkataan seorang penyair Arab: “Ibu adalah madrasah, jika anda persiapkan, berarti anda mempersiapkan generasi yang harum namanya. Ibu adalah taman, jika ia selalu disiram, ia akan berdaun rindang. Ibu adalah ustadzah pertama, pengaruhnya sangat besar berbobot sepanjang masa.” Ukhti Al-Muslimah …….. ! Andai mereka melihat bentuk tubuhmu tidak menarik lagi atau ketika usiamu telah senja, tua renta, apakah mereka masih memajang fotomu, di sampul-sampul majalah, buku dan semisalnya, walaupun kamu orang yang terpelajar ?. Masihkah mereka memintamu bekerja sebagai pramugari di salah satu pesawat, dengan dalih penghargaanmu terhadap wanita ?. Masihkah kamu temui orang yang memperjuangkan sempitnya ruang lingkup belajarmu ?. Sesungguhnya mereka hanya ingin menikmati kecantikan wajah dan kemolekkan tubuh serta merdunya suaramu. Bila hal itu hilang darimu, maka merekapun pasti meninggalkanmu, seakan-akan kamu adalah sebuah barang yang sudah habis masa pakainya ( kata pepatah : habis manis sepah dibuang). Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus. Amiin. Wallahu 'Alam |
Hatipun tersentak tak bergeming. bumi digetarkan, air ditumpahkan
dari langit dan lautan, dataran diratakan. Ada apa dengan bumi ini!?.
Mereka (bumi, langit dan lautan) berkhidmat mentaati perintah Tuhannya
Alloh Ta'ala, sebagai cobaan, sebagai peringatan bagi penduduk bumi
ini. Tua renta, muda belia, laki-laki, wanita, yang sakit, yang sehat, sipil,
polisi sampai tentara, dari penjahat sampai pejabat, dari pendosa sampai alim
agama. Hanya dalam sekali hentakan. Sebagai cobaan bagi mereka yang
ditinggalkan, sebagai peringatan bagi mereka yang menyaksikan. Allah
mempunyai banyak cara untuk mengambil apa yang memang menjadi milik-Nya.
Kapanpun Dia mau, siapapun yang Dia inginkan. Tidaklah keadaan kita melainkan
hanya menanti giliran. Dan ketika saat itu terjadi, tak ada satu makhlukpun
yang dapat lari dari ketentuan-Nya. Tidak ada seorangpun yang tahu di bumi mana dia akan mati. Sebagaimana tak ada seorangpun yang tahu kemana dia akan kembali. ke neraka tempat siksaan tiada henti? Atau ke surga dalam kenikmatan abadi? Masa lalu sudah tak akan pernah kembali. Masa depan juga terlalu tak pasti. Hanya hari ini...saat ini....yang masih kita miliki. Semoga Alloh memberikan kesabaran bagi kita dan memberikan ganti yang lebih baik dari yang telah hilang. Semoga Alloh mengampuni semua orang islam yang masih hidup ataupun yang telah tiada. Saat ini kaum muslimin banyak sekali mendapatkan musibah, mulai dari pembunuhan, pembantaian, hingga gempa bumi yang melanda mulai dari Aceh sampai ke Yogayakarta. Gelombang tsunami yang dasyat pun berlangsung di beberapa daerah, yang telah memakan korban jiwa yang banyak. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Sebagai saudara sesama muslim kita patut prihatin atas musibah tersebut. Mari, kita menghadapi musuibah ini dengan penuh kesabaran dan bertawakal kepada Allah. Sungguh, Allah ta’ala telah menetapkan takdir dan ajal seluruh makhluk-Nya, mengatur dan menentukan segala amal perbuatan serta tindak-tanduk mereka. Lalu Alloh membagi-bagikan rezeki dan harta duniawi kepada mereka. Alloh menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian, siapa di antara mereka yang terbaik amalannya. Alloh juga menjadikan iman terhadap qadha dan takdir-Nya sebagai salah satu rukun iman. Setiap sesuatu yang bergerak atau berdiam di langit dan di bumi, pasti menuruti kehendak dan keinginan Allah Ta’ala. Lebih jauh lagi, dunia ini sarat dengan kesulitan dan kesusahan; diciptakan secara fitrah untuk dipenuhi dengan beban dan ancaman, aral rintangan serta berbagai cobaan. Tak ubahnya dingin dan panas, yang memang harus dirasakan oleh para hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. .” (QS. Al-Baqarah: 155) Berbagai musibah diatas adalah batu ujian, untuk menentukan siapa di antara hamba-Nya yang benar dan yang salah. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2) Jiwa manusia itu hanya dapat menjadi suci, setelah ditempa. Ujian dan cobaan, akan memperlihatkan kesejatian seseorang. Ibnul Jauzi mengungkapkan: “Orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan abadi tanpa ujian dan cobaan, berarti ia belum mengenal ajaran Islam dan tidak mengenal arti pasrah diri kepada Allah.” Setiap orang pasti akan merasakan susah, mukmin maupun kafir dimanapun dia berada. Hidup ini memang dibangun di atas berbagai kesulitan dan marabahaya. Maka janganlah seseorang membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cobaan. Cobaan adalah lawan dari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan menikmati kelezatan hidup. Setiap orang pasti merasakannya, walau dengan ukuran yang berbeda, sedikit atau banyak. Seorang mukmin diberi ujian sebagai tempaan baginya, bukan siksaan. Terkadang cobaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga ada dalam kesusahan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran…” (QS. Al-A’raaf: 168) Allah tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah, melainkan karena Allah akan memberimu sesuatu yang lain. Allah hanya mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah hanya memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisi Allah.” (QS. Huud: 6) Saad bin Abi Waqqash mengungkapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalih-annya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR: Al-Bukhari). Ingatlah wahai saudaraku, Allah tidaklah menghancurkan sebuah umat, kecuali di dalamnya banyak terdapat pelaku maksiat dan sedikit pelaku ketaatan. Dan, adakalanya kemaksiatan yang dilakukan oleh seserang dapat menghancurkan umat seluruhnya, sebagaimana Allah telah menghancukran kaum Tsamud, karena salah seorang dari mreka telah membunuh unta yang dilarang dibunuh. Begitu pula yang terjadi pada Bani Israel, mereka ditimpa musibah penyakit pes yang menyebar karena sebagainnya terjerumus ke dalam perzinaan. Allah Ta’ala berfirman tentang kehancuran umat, yang artinya: "Maka, masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang mengainaya dirinya." (QS. Al-Ankabut: 40) Mari kita bantu saudara-saudara kita dengan sekuat kemampuan kita, baik dengan menyumbangkan sebagian harta kita, ataupun mendoakan agar mereka senantiasa diberikan kekuatan, ketabahan serta kesabaran. Amin |
|
Dari Jabir bin Abdullah radhiallaahuanhu ia pernah berkata:
Pada peperangan Uhud ayahku terbunuh, akupun menyingkap kain dari wajahnya
dan menangis. Orang-orang melarangku namun Rasululloh Shallallaahu
'alaihi wa Sallam tidak melarang, kemudian bibiku Fathimah ikut menangis
lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Engkau
tangisi atau tidak malaikat akan terus menaunginya dengan sayap-sayap mereka
sampai kalian mengusungnya." (Muttafaq 'alaih). Kemudian dari Ibnu Umar radhiallaahuanhu diriwayatkan bahwa ia berkata: "Saad bin Ubadah pernah sakit keras. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash serta Abdullah bin Mas'ud radhiallaahu anhu. Ketika beliau masuk Saad sudah dikerubungi keluarganya, beliau lalu bertanya: "Apakah ia sudah tiada?" mereka menjawab: "Belum wahai Rasululloh. "Maka beliaupun menangis dan ketika orang-orang melihat Nabi menangis merekapun menangis. Beliau bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya Alloh itu tidak menyiksa karena tetesan air mata kesedihan hati, tetapi Allah hanya akan menyiksa karena ini, (beliau menunjuk kearah lidahnya) atau Allah akan mengampuninya." (HR. Al-Bukhari) Sementara itu shahabat Anas bin Malik radhiallaahu anhu juga pernah meriwayatkan ketika putra Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Ibrahim akan meninggal, ia datang menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedangkan Ibrahim nafasnya sudah terengah-engah, maka kedua mata beliaupun berlinang air mata. Dalam riwayat lain disebutkan beliau mengambilnya dan meletakkannya di atas pangkuan sambil berkata: "Wahai anakku! Aku tidak memiliki hak kuasa apapun yang dapat kuberikan kepadamu di sisi Alloh". Melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menangis, Abdurrahman bin Auf dan Anas lalu bertanya: "Wahai Rasululloh mengapa Anda menangis? Bukankah Anda telah melarang menangis?' Beliau menjawab : "Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya tangisan itu adalah rahmat, dan barangsiapa tidak memiliki kasih sayang maka ia tidak mendapatkan kasih sayang", kemudian beliau melanjutkan sabdanya: " Sesungguhnya mata bisa berlinang, hati juga bisa berduka namun kita hanya bisa mengucapkan yang diridhai Rabb kita. Wahai Ibrahim, sungguh kami sangat bermuram durja karena berpisah denganmu." (HR. Al-Bukhari dan Mus-lim) Dalam riwayat lain Anas menutur-kan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, yang artinya: "Zaid mengambil panji peperangan kaum muslimin kemudian ia terbunuh, lalu panji diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah dan iapun terbunuh, kemudian diambil alih lagi oleh Ja'far dan ia juga terbunuh." Kedua mata Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berlinang air mata. Setelah itu panji diambil alih oleh Khalid bin Walid tanpa adanya penyerahan sebelumnya, namun melalui tangannya Alloh Subhannahu wa Ta'ala memberi kemenangan." (HR Al Bukhari). Dalam riwayat Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa ketika Zainab putri Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat maka sebagian kaum wanita ada yang menangis, maka ketika Umar radhiallaahu anhu mau memukul para wanita itu dengan cemetinya, Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mencegahnya kemudian beliau bersabda, yang artinya: "Sabar wahai Umar! Kemudian kalian semua para wanita hendaklah berhati-hati terhadap teriakan setan!" Beliau lalu melanjutkan sabda-nya, artinya: "Apabila hanya berasal dari mata dan hati maka itu dari Alloh dan merupakan rahmat, namun jika itu dari tangan dan mulut maka ia dari setan." (HR. Ahmad) Aisyah Radhiallaahu anha pernah meriwayatkan bahwa ketika Sa'ad bin Muadz meninggal, Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar melayatnya. Aisyah berkata: "Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku bisa membedakan antara tangisan Abu Bakar dengan tangisan Umar sementara aku berada di kamarku." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad). Ada riwayat lain tentang kisah meninggalnya putra Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Ibrahim, yakni sebagaimana disampaikan oleh Asma' binti Yazid Radhiallaahu anha, dia bercerita: "Ketika Ibrahim putra Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat, beliau menangis. Kemudian Abu bakar -atau mungkin Umar- bertanya: "Wahai Rasulullah, Engkau adalah orang yang paling berhak untuk dimuliakan haknya oleh Allah." Maka beliau bersabda: "Mata bisa menangis, hati boleh bersedih, namun kita hanya mengucapkan yang diridhai Ilahi. Kalaulah bukan janji yang benar, tempat kembali yang sempurna dan akherat yang pasti datang setelah berlalunya dunia, pasti kami sudah mendapatkan hal yang paling berat dengan kepergianmu. Sungguh kami amat berduka karenamu." (HR. Ibnu Majah) Dalil-dalil di atas merupakan alasan bagi mereka yang membolehkan menangis atas orang yang akan meninggal maupun yang telah meninggal. Demikian pendapat madzhab Ahmad bin Hambal dan Abu Hanifah. Sedangkan Imam Syafi'i dan banyak kalangan shahabat melarang menangisi mayit setelah meninggalnya, dan membolehkan menangis ketika belum meninggal. Alasan yang digunakan adalah riwayat Jabir bin Atik radhiallaahu anhu, ketika Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjenguk Abdullah bin Tsabit Radhiallaahu anhu beliau mendapatinya sudah hampir meninggal dunia. Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggilnya namun Abdullah sudah tidak menjawab lagi, kemudian beliau mengucap istirja' (Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un) seraya bersabda, yang artinya: "Kami terlambat mendatangimu wahai Abu Rabi." Maka kalangan wanitapun menangis, dan Ibnu Atik berusaha untuk mendiamkan mereka, namun Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, artinya: "Biarkan saja mereka. Apabila datang kepastian maka janganlah ada yang menangis lagi." Ibnu Atik bertanya: "Apa kepastian itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Kematian" (HR. Ahmad dan Abu Dawud, hadits ini sesuai lafazh Abu Dawud). Ini menujukkan larangan menangisi orang yang telah meninggal dan kebolehannya sebelun meninggal. Larangan tersebut diperkuat dengan hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya orang meninggal akan tersiksa oleh tangisan keluarganya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Kata al-mayit di sini menunjukkan bahwa ia telah meninggal dunia karena orang yang belum meninggal tidak bisa dikatakan sebagai mayit. Selain itu Ibnu Umar Radhiallaahu anhu juga meriwayatkan bahwa ketika Rasululloh Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang dari Uhud pernah mendengar kalangan wanita dari Bani Asyhal menangisi orang yang meninggal, maka beliau bersabda: "Tetapi Hamzah tidak ada yang menangisinya." Maka datanglah kalangan wanita dari Al-Anshar lalu menangisi Hamzah di sisi Nabi. Maka Rasululloh bangkit dan bersabda, artinya: "Celaka mereka, mengapa mereka menangis di sini, sungguh mereka telah membikin susah diri sendiri. Suruh mereka semua pulang kemudian janganlah mereka menangisi orang yang meninggal setelah hari ini." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Bagaimana kita menyikapi masalah ini? Kedua pendapat di atas sama-sama menyampaikan dalil dan alasan yang shahih, oleh karena itu kita tetap harus menerimanya tanpa menyalahkan pihak manapun. Mereka adalah para imam mujtahid yang sudah diakui kredibilitasnya. Yang terpenting kita bisa me-nempatkan masalah ini sesuai porsinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya menangisi orang yang meninggal tidaklah mengapa baik itu sebelum meninggal maupun setelahnya dengan syarat bahwa tangisan tersebut masih dalam batas-batas yang dibolehkan oleh syariat. Yaitu tidak disertai dengan teriakan-teriakan atau raungan, ratapan, memukul wajah, merobek pakaian dan sikap-sikap lain yang disebut oleh Nabi berasal dari syetan. Ia hanya sekedar ungkapan rasa sedih dalam hati kemudian diiringi tetesan air mata atau isakan yang tidak ada unsur tidak ridha atau menolak takdir Alloh. Adapun dalil tentang larangan menangis yang dikemukakan kita pahami sebagai larangan dari tangisan yang disertai ratapan serta sikap-sikap sebagaimana yang telah disebutkan. Hal ini juga diperkuat dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa sesungguhnya mayit itu akan tersiksa disebabkan ratapan keluarganya , di samping yang menggunakan lafazh tangisan. Hanya saja perlu dicatat bahwa kesedihan itu tidaklah diperintahkan meski dibolehkan dan jika kesedihan itu menjurus kepada kelemahan hati dan menjauhkan dari melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya maka ia adalah tercela. Sebaliknya jika kesedihan itu diiringi dengan perbuatan-perbuatan terpuji yang mengandung pahala maka ia menjadi perbuatan terpuji, hanya saja pahala tersebut bukan disebabkan kesedihan itu namun karena perbuatan baik yang ia kerjakan. Dalam banyak ayat Alloh menyuruh kita agar jangan bersedih seperti dalam firman-Nya, yang artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya)." (QS.Ali Imran: 139). Dan masih banyak ayat-ayat lain yang senada dengan ayat di atas. Wallahu a'lam. (Sumber Rujukan: Shohih Bukhori, Musnad Imam Ahmad, dan lain-lain) |
Waktu antara diutusnya Nabi kita Muhammad sholallohu alaihi wasalam
dengan hari kiamat sangatlah dekat. Demikian pemberitaan dari nabi sendiri,
yang menyadarkan kita agar lebih bergegas dan bersiap dalam membawa
perbekalan untuk menyongsongnya. Meski banyak yang sepakat bahwa
kiamat memang dekat, namun mayoritas kita sering tak sadar atau berpura tak
sadar, bahkan larut dalam berbagai perhiasan dunia yang melalaikan.
Sejenak, mari kita kembali membaca dan menyaksikan beberapa bukti konkret tanda kedekatan hari kiamat. Agar hati kembali tersadar bahwa masa itu memang telah dekat, semakin dekat menjelang. Mengakhiri sebuah kehidupan peradaban manusia di dunia menuju sebuah kehidupan panjang, kekal dan abadi. kehidupan akhirat. Sebagai sebuah peringatan yang nyata bagi setiap yang memiliki akal fikiran.
Diantara tanda kiamat yang diberitakan oleh
Rasulullah sholallohu alaihi wasalam yang kini telah nyata di depan mata kita
adalah " Sesungguhnya di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat adalah
jika ilmu(agama) diangkat/hilang, kebodohan dikukuhkan , khamr/minuman keras
diminum dan perzinaan tampak nyata" (HR Bukari, muslim
dan ahmad)
Tanda ini dikategorikan dalam tanda kiamat sughra (kecil) bukan tanda kubra. Namun bukan berarti memberikan kesempatan bagi kita untuk bersantai dan bernafas panjang, dan mengatakan "kiamat masih jauh". Bahkan seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa apa yang diberitakan nabi haq (benar) adanya. Maka kabar-nabi yang lain pun seperti kiamat besar dan syariat yang beliau bawa adalah benar pula adanya. Demikian semestinya seorang muslim berpandangan. Hal yang lain adalah tumbuhnya rasa syukur pada diri kita, karena Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk membenahi lembaran kehidupan kita, menuliskan catatan kebaikan dalam buku kehidupan kita. Masih ada kesempatan untuk bertaubat kepada Allah Yang Ghafuur (Maha pengampun) dan Rahiim (maha pengasih). Di zaman ini, selaras dengan sabda Nabi semakin minim ilmu dien. Semakin sedikit para penyandang ilmu syar'i yaitu para ulama di muka bumi. Satu demi satu dipanggil oleh Allah ke sisi-Nya. Tak lekang dari ingatan kita meninggalnya para ulama besar Islam beberapa waktu belakangan, seperti Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz, Syaikh Nashiruddin Al Albani dan Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin. Konsekwensinya, manusia semakin jauh dari agama Islam. Kebodohan pun meraja-lela di seluruh penjuru bumi kecuali yang dirahmati oleh Allah azza wa jalla. Orang pun berbuat sekehendaknya menuruti bujuk rayu syaitan, memperturutkan nafsu syahwat keduniaan. Layak bila kemudian khamar bertebaran, perzinaan meluas. Khamr dinamai dengan nama yang lain, beragam sesuai kelas pencandunya. Sabu- sabu adalah satu contohnya. Berapa banyak pemuda islam yang mengkonsumsi, meski Cuma sekali-dua kali atau jadi kebutuhan primernya, naudzubillah min dzalik. Khamar kini dijual bebas di berbagai penjuru, di toko, restoran, hotel, klub atau diecerkan di warung-warung kecil. Dulu mungkin orang risih melihatnya, atau yang jual malu dengan orang, namun kini tak ada lagi kata malu dan risih. Orang yang menenggak bir pun kini tak ragu lagi, cuek. orang lain pun tak peduli dan berucap yang penting tidak mengganggu kita. Innalillahi wa inna ilaihi raa jiun Perzinaan pun kini menyebar. Sarana dan prasarana semakin lengkap, canggih, bebas, dan berkelas-kelas. Begitu mudahnya diperoleh di pelosok-pelosok, di pinggir jalan dan tempat-tempat yang lain. Pergaulan para pemuda pun penuh dengan muatan perzinaan. Muda-mudi bergaul dengan bebasnya, tanpa batas yang jelas. Perzinaan kini terasa menjadi hal yang tidak asing bagi telinga manusia. Untuk selanjutnya menjadi hal yang dilegalkan , naudzubillah. sebaliknya, menjadi hal yang aneh bila ada anak muda yang nikah di masa muda mereka tanpa mau ikut bergaul bebas seperti pemuda yang lain.inilah keadaan memprihatinkan yang dikabarkan oleh rasul kita sebagai salah satu tanda hari kiamat. Suka kah kita dengan kemungkaran yang seperti ini ? bila tidak, mari kita ikut ambil bagian memperbaiki kondisi ini ! Tanda kiamat lain yang diberitakan oleh nabi kita adalah 'tersianya amanah. Ini dalam sabda nabi Muhammad sholallohu alaihi wasalam ketika beliau ditanya "wahai rasulullah, kapan kiamat itu / rasululah menjawab" jika amanah telah disia-siakan tunggulah datangnya kiamat, orang itu berkata "bagaimana menyia-nyiakannya" nabi bersabda "apabila perkara sudah diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat" Dan ini terjadi ketika kebodohan merata dan menjadi hal yang lumrah.Amanah yang dimaksud diantaranya dalam perkara yang berkaitan dengan agama seperti khilafah, pemerintahan, hukum fatwa dan lain-lain. Mata kepala kita pun menyaksikan dengan jelas realita dari tanda ini. Betapa banyak manusia di zaman ini yang berbicara dan berfatwa tanpa ilmu. Diulama'kan padahal bukan ulama. Dan juga diserahkannya kepemimpinan bukan pada orang yang sesuai sungguh sebuah musibah yang luar biasa. Ini beberapa tanda dari kedekatan hari kiamat, dan memang ia semakin mendekat. |
Hari
|
Kegiatan Acara
|
Tempat
|
Waktu
|
Setiap Ahad Pagi
|
Kajian Kitab Tajridus Shoreh & Riyadusholihin
|
Majelis
Al-Bahjah Jl. P. Cakrabuana Sendang Sumber Cirebon
|
06.30-08.00 WIB
|
Setiap Senin Pagi
|
Belajar Bareng Buya Yahya & Ummi Fairuz
|
Studio RadioQu 98.5 FM Cirebon
|
05.30-07.00 WIB
|
Setiap Senin Malam Selasa
|
Kajian Kitab Sarah Hikam Karya Ibnu Atho'illah As-Sakandari
|
Masjid Raya At-Taqwa Alun-Alun Kota CIrebon
|
20.00-21.30 WIB
|
Setiap Selasa Pagi
|
Benang Merah "Kajian Halal Harom"
|
Studio RadioQu 98.5 FM Cirebon
|
05.30-07.00 WIB
|
Setiap Jum'at Pagi
|
RumahQu SurgaQu
|
Studio RadioQu 98.5 FM Cirebon
|
05.30-07.00 WIB
|
Setiap Sabtu Pagi
|
Kajian Tafsir AL-Qur'an
|
Majelis Al-Bahjah Jl. P. Cakrabuana Sendang Sumber Cirebon
|
06.30-08.00 WIB
|
Setiap Sabtu Malam Ahad
|
Kajian Kitab Minhajul Abidin
|
Masjid Raya Al-Mustaqim Weru, Plered-Cirebon
|
20.00-21.30 WIB
|